BLITAR, Blitarraya.com — Belasan warga Dusun Jajagan, Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, menutup akses truk berukuran besar menuju ke pabrik gula PT Rejoso Manis Indonesia (RMI), Rabu (21/2/2024) pagi.
Aksi protes yang dimulai sekitar pukul 08.00 WIB itu dilakukan dengan cara menempatkan drum di tengah jalan sehingga truk berukuran besar tidak dapat melintas.
Akibatnya, terjadi antrean cukup panjang truk berukuran besar dari dan menuju pabrik gula RMI.
Salah satu tokoh masyarakat Jajagan, Baidah Badarudin, mengatakan aksi itu dilakukan warga guna menuntut pemerintah segera melakukan pengerasan jalan yang selama beberapa tahun ini diesar dari dan menuju pabrik RMI di Desa Rejoso.
“Warga menuntut agar pengerasan dan pelebaran jalan dari Jajagan hingga Brongkos segera dilakukan. Ini kan sudah dijanjikan pemerintah akan dilakukan 2023,” tutur Baidah kepada Blitarraya.com.
Akhir 2023, lanjutnya, pemerintah memang sudah memulai pengerasan dan pelebaran jalan, namun baru ruas jalan di sisi selatan mulai dari Binangun hingga beberapa kilometer ke arah utara.
Padahal, lanjutnya, warga Jajagan yang paling sering protes terkait kerusakan jalan.
Karena itu, ujarnya, warga Jajagan menuntut pemerintah dan pihak terkait lain termasuk RMI segera merealisasikan pengerasan dan pelebaran jalan hingga tembus jalan nasional di Brongkos.
“Apalagi ini musim hujan. Jalan cepat rusak jika dilalui truk tronton dengan beban puluhan ton,” tuturnya.
Jajaran pemerintah desa hingga kecamatan menemui warga untuk membujuk mereka mengakhiri aksi. Setelah dilakukan negosiasi yang juga diikuti oleh Kapolsek Kesamben AKP Suhartono, warga akhirnya bersedia membuka blokir sekitar pukul 11.00 WIB.
Sejak berdirinya pabrik gula milik PT RMI, perusahaan yang dikuasai raksasa produsen gula dunia asal Thailand, jalan golongan III sepanjang sekitar 7 kilometer dari pabrik gula RMI hingga Brongkos sering rusak parah karena dilalui truk-truk dengan muatan puluhan ton.
Hal itu membuat warga sering melakukan aksi protes dengan cara memblokir jalan. Alasan warga, kerusakan jalan sudah sangat mengganggu dan bahkan beberapa kali memakan korban jiwa. (asp)
