PALEMBANG, BlitarRaya.com – Pasangan Nani Afrida dan Bayu Wardhana terpilih sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal organisasi wartawan Aliansi Jurnalis Independen Indonesia (AJI Indonesia) periode 2024-2027. Keduanya terpilih dalam Kongres dan Pemilu Raya AJI Indonesia, di Palembang, 2-6 Mei 2024. Mengantongi suara lebih 50 persen dari semua suara yang masuk dalam Pemilu Raya, keduanya menggantikan pasangan Sasmito Madrim dan Ika Ningtyas.
“Persaingan cukup ketat. Ada 4 pasangan yang bersaing. Setelah melewati berbagai proses Pemilu, mulai pendaftaran pasangan calon hingga berbagai momen kampanye sejak sebulan sebelum Pemilu, akhirnya keduanya yang memenangkan persaingan. Selamat dan semoga bisa membawa AJI semakin maju dan menjadi organisasi masyarakat sipil yang disegani di Indonesia,” ujar Sasmita Madrim, ketua umum AJI Indonesia 2021-2024 yang demisioner.
Dihadiri lebih 200 peserta dari berbagai AJI Kota di seluruh Indonesia, kongres berlangsung secara hybrid, disiarkan secara live online maupun on the spot. Berbagai acara digelar selama masa kongres. Misalnya festival media, sejumlah seminar tentang tantangan-tantangan jurnalisme mutakhir, festival fact check nasional, dan pameran produk cindera mata.
Nani Afrida dan Bayu Wardhana akan menghadapi berbagai tantangan organisasi yang tidak mudah, baik dalam konteks sebagai organisasi profesional di bidang jurnalisme, maupun sebagai organisasi masyarakat sipil. “Dalam konteks eksternal, kebanyakan PR masih soal-soal dari era Orde Baru, terutama soal HAM dan indeks demokrasi yang mundur,” ujar Nani Afrida.
Dalam konteks jurnalisme, menurut Nani Afrida, masih banyak produk-produk hukum yang bisa menjerat jurnalis dalam melahirkan karya jurnalistik. Keselamatan jurnalis juga masih menjadi tantangan, terutama jurnalis lingkungan hidup. “Tantangan ini tidak hanya membangun kesadaran profesi bagi kalangan jurnalis, tetapi juga membangun pemahaman dan kesadaran profesi jurnalis bagi para penegak hukum,” ujarnya.
Tantangan teknologi juga tidak bisa diabaikan. “AI (Artificial Intelligence) saat ini belum menunjukkan ancaman serius, namun ke depan AI menjadi ancaman yang harus diperhitungkan, karena AI berpotensi mengambil alih profesi jurnalis,” tambah Nani Afrida, perempuan asal Aceh yang dikenal banyak meliput konflik Aceh semasa konflik. (hyu)