BlitarRaya.com – Di tengah ribuan Soto Nusantara, Blitar punya soto otentik sendiri yang tidak ditemukan di tempat lain. Otentik dalam resep, pun dalam tata cara penyajiannya.
Di antara dua mahzab soto Nusantara, yaitu soto santan dan soto non-santan, soto khas Blitar termasuk ke dalam mahzab soto non-santan. Dan di antara dua aliran soto Nusantara, yaitu soto daging dan soto ayam, soto Blitar termasuk ke dalam aliran soto daging (sapi, kerbau, domba).
Sebagai produk otentik yang telah diterima pasar dan mempunyai banyak penggemar, soto Blitar pun telah berhasil membentuk ‘brand’ sendiri yang kuat dan melegenda, yaitu Soto Cepitan dan Soto Bok Ireng.
Kedua soto ini resep dan teknik penyajiannya hampir sama, namun punya penggemar sendiri-sendiri. Salah satu yang paling khas dari soto Blitar, semua masih menggunakan bahan rempah-rempah alami.
Salah satu yang otentik dalam cita rasa dan cara penyajiannya, yaitu Soto Cepitan Pak Hamid atau Soto Cepitan depan Pasar Ikan, Jalan Dr Wahidin, utara Stadion Supriyadi.
Hanya, cara berjualannya sudah berbeda dengan khas Soto Cepitan Mbah Mahyar tempo dulu di gang selatan Masjid Jami’, barat alun-alun Kota Blitar, yang legendaris itu.
Dulu, Mbah Mahyar jualan masih tradisional menggunakan pikulan, anglo untuk memasak, dan perapian dari kayu.
Sekarang, Soto Cepitan di utara Pasar Ikan dijual dengan gerobak kecil pinggir jalan dan dimasak dengan cara modern menggunakan kompor gas. Tapi, soal rasa masih seenak dan se-asli Soto Mbah Mahyar.
“Resepnya saya warisi langsung dari Mbah Mahyar. Wong saya cucunya,” ujar Hamid, pemilik Soto Cepitan Pasar Ikan, saat dikunjungi BlitarRaya.com pada akhir pekan lalu.
Hamid bercerita, sewaktu muda dulu dia ikut berjualan membantu neneknya di gang sempit, selatan Masjid Jami’, alun-alun Blitar. Hal itu ia jalani sejak 1979 sampai 1990. Pada tahun 1990-2000, ia pindah ke Pasar Pecut.
Setelah lalu vakum beberapa tahun, Hamid mulai berjualan soto lagi dengan cara keliling kampung. Baru pada tahun 2012, ia berjualan dengan membuka gerobak di depan Pasar Ikan.
Seperti Soto Cepitan Mbah Mahyar dulu, resep Soto Cepitan Pak Hamid mengandalkan rasa rempah-rempah Jawa pedesaan, misalnya lengkuas, lada, kemiri, kunir, ketumbar, serai, daun salam, asam jawa, bawang putih, bawang merah, jahe, dan garam.
Soto Cepitan Pak Hamid menggunakan daging babat sapi sebagai sumber proteinnya. Sedangkan irisan seledri, kucay, dan daun bawang dipakai sebagai toping penambah rasa. Dan sambel dan kecap manis sebagai pelengkap.
Soto Cepitan Pak Hamid biasanya mulai melayani pengunjung sejak pukul 08.00 hingga sekitar pukul 17.00 WIB atau sampai soto habis.
“Kadang bisa terjual sampai 80 mangkuk, kadang 50 mangkuk. Tidak tentu,” kata Hamid.
Sebagai soto khas Blitar, soto Cepitan Pak Hamid disajikan dalam mangkuk kecil berukuran 350 cc. Tak aneh jika sering kali pembeli merasa kurang jika memakan satu mangkuk.
“Pesan 3 mangkuk, Mbah,” ujar Rudi, seorang pegawai di kantor Dinas Perikanan yang tak jauh dari warung soto Cepitan Pak Hamid.
Di warung ini, satu mangkuk soto plus nasi putih dibanderol Rp 11 ribu. Jika dibungkus tanpa nasi, harganya Rp 10 ribu. (hyu)