Rabu, 30 Oktober 2024 | 12:34 WIB
35 C
Blitar

Kemeriahan Pertunjukan Tiban di Desa Birowo Jadi Saksi Bertahannya Seni Tradisi di Blitar

BINANGUN, BlitarRaya.com – Di panggung pementasan Seni Tiban di Desa Birowo, Kecamatan Binangun, Sabtu (10 Agustus 2024), seorang pria lanjut usia dengan rambut dan jenggot panjang yang sudah memutih mengayunkan cambuk sekuat tenaga ke arah lawan mainnya, seorang pria lansia berbadan kurus yang tidak lebih muda.

Pria berbadan agak tambun itu bernama Mbah Wadak. Sabetan cambuknya cukup kuat untuk ukuran usianya yang sudah lanjut. Tapi, mungkin kuda-kuda kakinya tidak cukup kokoh menahan daya dorong cambukan yang dia hentakkan sehingga badan Mbah Wadak pun terjungkal. Ia tersungkur di panggung arena tiban. Dan pemandangan itu pun membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.

Meski membuatnya terjungkal, cambukan Mbah Wadak mendarat cukup keras di pinggang belakang lawan, seorang pria tua berbadan kurus dengan kulit tubuh mulai keriput. Pria itu pun meringis menahan rasa sakit. Tapi itu tak menghentikan tubuhnya terus bergoyang mengikuti irama ritmis gamelan tradisional dan nyanyian sinden yang mengiringi pertunjukan.

Begitu juga Mbah Wadak. Ia segera bangun dan berjoget sambil mengayun-ayunkan cambuk di tangan kanannya.

Pertunjukan seni tiban di Desa Birowo yang terletak di sudut tenggara Kabupaten Blitar itu cukup meriah. Panggung berdiri di lahan kosong dengan kontur tanah agak miring dan menarik perhatian beberapa ratus warga yang datang dari Desa Birowo dan sekitarnya.

guntur wahono terima kue ulang tahun cambuk wulung
Pembina paguyuban seni tradisi tiban Blitar – Tulungagung Guntur Wahono menerima kue ulang tahun Paguyuban Cambung Wulung di Desa Birowo, Kecamatan Binangun, Sabtu (10 Agustus 2024) | Foto: BlitarRaya.com/Asip Hasani

Digemari pria tua dan muda

Seni Tiban berasal dari upacara ritual meminta hujan yang dijalankan petani Jawa setidaknya sejak abad ke-12 dengan cara berjemur dan menyiksa diri dengan cara berpasangan saling mencambuk secara bergantian. Seiring berjalannya waktu, setelah peradaban modern mulai menyebar ke masyarakat Jawa, ritual meminta hujan itu perlahan bergeser menjadi seni pertunjukan yang menampilkan dua pria bertelanjang dada bargantian saling mencambuk.

Pria yang mendapatkan giliran untuk dicambuk, harus memakai pengaman kepala berupa helm yang dimodifikasi serta segenggam lidi yang dipilin dan diikat sedemikian rupa sebagai tameng. Ia pun boleh berupaya menghindar dari cambukan lawan.

“Sekarang ini, bahkan musim hujan pun biasa digelar pertunjukan seni tiban. Jadi bukan lagi menjadi upacara meminta hujan,” ujar Pembina Paguyuban Seni Tiban wilayah Blitar dan Tulungagung, Guntur Wahono.

Bahkan, kata Guntur, seni tradisi tiban hingga kini masih tetap digemari masyarakat dari berbagai lapisan usia. Hal itu terbukti pada pertunjukan di Desa Birowo tersebut dimana beberapa pemuda berusia kurang dari 20 tahun pun turut tampil di panggung tiban.

“Melestarikan budaya dan seni tradisi warisan leluhur ini sejalan dengan salah satu ajaran Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan,” tutur Guntur yang juga turut meramaikan bursa calon Bupati Blitar 2024 itu.

Di bawah binaan Guntur, paguyuban seni tradisi tiban terus bermunculan di wilayah Kabupaten Blitar dan Tulungagung. Di Kabupaten Blitar, kini setidaknya ada 22 paguyuban. Juga puluhan paguyuban di Tulungagung.

Pertunjukan seni tiban di Desa Birowo itu sendiri merupakan bukti bermunculannya paguyuban baru seni tiban karena pertunjukan itu menjadi bagian dari peringatan hari jadi Paguyuban Seni Tradisi Tiban Cambuk Wulung, paguyuban dari Kecamatan Binangun.

“Jadi bertepatan dengan ulang tahun pertama Cambuk Wulung maka kami hari ini menjadi tuan rumah pagelaran tiban di Birowo ini,” ujar Ketua Paguyuban Seni Tiban Cambuk Wulung, Nur Salim alias Sokeh, kepada BlitarRaya.com.

Menurut Sokeh, pertunjukan seni tiban itu akan berlangsung dua hari, Sabtu dan Minggu (11 Agustus 2024). Pertunjukan hari pertama, kata Sokeh, diikuti oleh 8 paguyuban seni tiban dari wilayah timur dan barat Kabupaten Blitar. Sedangkan pertunjukan di hari Minggu akan diikuti oleh sejumlah paguyuban seni tiban dari Tulungagung.

“Puji syukur, dengan biaya gotong royong pertunjukan ini bisa berlangsung. Semoga berjalan lancar hingga selesai besok,” tuturnya sembari menambahkan bahwa meskipun baru berusia setahun namun Cambuk Wulung memiliki anggota yang cukup besar, yakni lebih dari 100 orang pemain tiban atau pendekar tiban. (asp)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Pilkada 2024 Blitar Raya

Dinamika terkini Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Blitar 2024 & Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar 2024.

-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan