GARUM, BlitarRaya.com – Hingga desk pendaftaran paslon di KPU Kabupaten Blitar, tengah malam tadi, Kamis (29 Agustus 2024), ditutup. Tercatat ada 2 paslon yang mendaftar sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Blitar pada Pilkada serentak, 27 Nopember mendatang.
Yaitu paslon RIni Syarifah – Abdul Ghoni yang diusung oleh koalisi partai politik parlemen PKB (11 kursi), Gerindra (7 kursi), Golkar (5 kursi), Demokrat (2 kursi), PPP (1 kursi) atau total 26 kursi (52%) dari 50 kursi Dewan. Paslon Rini-Ghoni juga didukung 2 partai politik non-parlemen PKS dan PSI. Rini Syarifah saat ini adalah Bupati Blitar sehingga pasangan ini merupakan paslon petahana (incumben).
Dan paslon Rijanto-Beky yang diusung oleh koalisi partai parlemen PDIP (16 kursi), PAN (5 kursi), dan Nasdem (3 kursi), atau total 24 kursi (48%) dari 50 anggota Dewan. Paslon Rijanto-Beky juga didukung 8 partai politik non-parlemen yaitu Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Perindo, Partai Buruh, Partai Ummat, Partai Garuda, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), dan Partai Gelora. Rijanto dulu adalah Bupati Blitar 2016-2021 yang dikalahkan oleh Rini Syarifah-Rahmat Santoso pada Pilkada 2020.
Sehingga, Pilkada Kabupaten Blitar 2024 adalah pertarungan ulang dari dinamika politik pada Pilkada 2020, antara Rini Syarifah yang merupakan kader PKB dan Rijanto dari PDIP.
“Ini menarik. Karena sebelumnya kita tidak menyangka, mereka akan bertemu kembali. Pilkada 2020 merupakan peristiwa penting, karena Pilkada di Kabupaten Blitar pasca Orba biasanya selalu dimenangkan PDIP, tetapi pada 2020 dimenangkan oleh PKB,” ujar pengamat politik Novi Catur Muspita, dari FISIP Unisba, Jumat.
Menurut Novi, kalau dilihat dari peta dukungan parpol saat ini terlihat paslon kubu Rini-Ghoni diwarnai platform KIM (Koalisi Indonesia Maju) yang merupakan gabungan partai-partai pendukung Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 lalu. Yaitu Gerindra, Golkar, Demokrat, namun minus PAN. Tapi, tambah PSI yang bergabung.
“Kalau pada Pilkada 2020, Rijanto-Marhaenis didukung PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat, PPP, dan Nasdem, sehingga terkumpul 33 kursi. Sedang Rini-Rahmat yang didukung PKB, PAN, dan PKS mengumpulkan 17 kursi, ternyata menang. Blitar yang secara tradisional adalah basisnya PDIP ternyata kalah. Nah, ini yang menjadikan Pilkada Kabupaten Blitar tahun ini menarik. Kedua paslon akan all out,” ujar Novi.
“Menarik tentunya. PDIP dengan Pak Rijanto yang kembali bertarung pada Pilkada tahun ini melawan Rini Syarifah, saya kira akan berupaya sekuat tenaga. Menggerakkan mesin-mesin partainya se-maksimal mungkin, bersama PAN tentunya, untuk merebut kembali posisi AG 1,” ujar Novi.
“Namun, Rini Syarifah tentunya juga akan berupaya keras untuk tetap mempertahankan posisinya saya kira,” ujar Novi.
Menurut Novi, perubahan dukungan dari partai-partai yang dulu mendukung Rijanto, seperti Gerindra, Golkar, PPP dan Demokrat yang kini merapat ke kubu Rini Syarifah, sebagai hal biasa dalam politik. Yaitu partai pendukung memilih jalur aman dengan mendukung incumben.
“Yang juga menarik. Masing-masing mempunyai dukungan basis massa yang sama kuat. Dan dengan wilayah Kabupaten Blitar yang luas, wilayah-wilayah pinggiran saya kira akan menjadi basis perebutan suara,” ujar Novi yang juga Kepala Program Sosiologi, FISIP Unisba.
Novi berharap, tim pemenangan dari masing-masing paslon bisa mendengar dan menyerap dengan baik aspirasi dan kepentingan setiap wilayah. Karena kebutuhan setiap wilayah di Kabupaten Blitar berbeda dalam pembangunan.
Agenda masyarakat di Udanawu di ujung barat, berbeda dengan kepentingan masyarakat di Selorejo di ujung timur Blitar. Demikian juga masyarakat di lereng Gunung Kawi berbeda masalah dengan masyarakat di lereng Gunung Kelud, dan sangat berbeda dengan agenda kebutuhan masyarakat di kawasan pantai di Blitar bagian selatan.
“Masalah-masalah itu, saya harap bisa direkam oleh tim pemenangan masing-masing paslon, yang nanti bisa kita lihat pada visi misi dan rencana kerjanya dalam kontrak politiknya,” tutup Novi. (hyu)