Kamis, 21 November 2024 | 17:23 WIB
32.2 C
Blitar
-- advertisement --spot_img

Prosesi Siraman Gong Kyai Pradah Berlangsung Meriah, Ribuan Warga Berebut Air Siraman

SUTOJAYAN, BlitarRaya.com – Prosesi upacara adat tahunan yaitu Siraman Gong Kyai Pradah di Alun-alun Lodoyo, Kecamatan Sutojayan, hari ini Selasa (17 September 2024) berlangsung meriah dan penuh antusias.

Ribuan orang saling berebut air siraman dari gong yang diguyurkan ke ribuan warga. Bupati Blitar Rini Syarifah memimpin langsung prosesi siraman gong keramat ini.

“Tradisi jamasan Gong Kyai Pradah adalah adat Jawa yang memiliki nilai luhur. Menjadi tugas Pemerintah Kabupaten Blitar untuk melestarikan agar budaya ini dapat terus diwariskan kepada generasi muda dan bisa menjadi salah satu agenda pariwisata Blitar yang membanggakan,” ujar Rini Syarifah dalam sambutan.

Acara siraman dimulai sekira pukul 09.00 WIB. Namun, ribuan warga telah menunggu di sekitar Alun-alun Lodoyo sejak pagi.

Setelah memberikan kata sambutan, bupati didampingi para pejabat Forkompimda Kabupaten Blitar yang semuanya memakai pakaian adat Jawa, kemudian berjalan menuju panggung tempat siraman Gong Kyai Pradah. Di sepanjang jalan diiringi dengan barisan putra-putri memakai pakaian adat Jawa lengkap.

Setelah sampai di panggung tempat siraman, Bupati dan pejabat lain kemudian melakukan prosesi siraman, atau proses memandikan pusaka Gong Kyai Pradah dengan cara mengguyurkan air kembang setaman berulang kali.

Setelah selesai dimandikan, Bupati kemudian memukul Gong Kyai Pradah sambil mengucap ‘awon opo sae’ (jelek atau baik) beberapa kali, yang dijawab para tamu dengan kata sae (baik). Gong Kyai Pradah berupa gong berukuran diameter sekitar 50 sentimeter yang terbuat dari tembaga berlapis emas.

Setelah Siraman selesai, kemudian Bupati dan pejabat yang berada di atas panggung, mengguyurkan air bekas siraman ke ribuan warga yang telah menunggu di bawah panggung. Warga pun saling berebutan air siraman, dan sebagian menyimpan dalam botol minuman.

Tradisi siraman Kyai Pradah setiap tahun dilakukan dua kali, yakni saat bulan Syawal dan Mulud (Maulid Nabi).

Namun, siraman saat bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi seperti pada saat ini, biasanya yang paling ramai. Selain siraman Gong Kyai Pradah sebagai prosesi utama, di lokasi juga dilakukan gerebeg Maulidan, berupa rebutan gunungan tumpeng besar yang berisi makanan dan hasil bumi Lodoyo.

Bupati menambahkan, adat siraman Gong Kyai Pradah ini tidak hanya sekadar ritual saja, tetapi juga bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kedamaian dan kesejahteraan warga Kabupaten Blitar.

Rini berharap tradisi ini terus berkembang dan menjadi daya tarik pariwisata yang kuat. (hyu)

2 KOMENTAR

Pilkada 2024 Blitar Raya

Dinamika terkini Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Blitar 2024 & Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar 2024.

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan