BlitarRaya.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Blitar telah menetapkan petahana Rini Syarifah sebagai calon bupati Blitar 2024, berpasangan dengan Abdul Ghoni sebagai calon wakil bupati. Pasangan yang mengusung akronim “Rindu” ini mendapatkan nomor urut 2 pada Rapat Pleno Terbuka pengundian nomor urut pasangan calon kepala daerah Pilkada Kabupaten Blitar 2024, Senin (23 September 2024).
Siapa Rini Syarifah? Berikut profil singkatnya:
Lahir pada tahun 1977 di Kota Blitar, Rini Syarifah tumbuh dalam lingkungan keluarga pengusaha-pedagang, tokoh Nahdlatul Ulama (NU), dan politisi. Musa Ismail, sang ayah, merupakan salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kota ini.
Rini menempuh pendidikan formalnya, dari SD hingga SMA, di Blitar. Pada tahun 1989 ia lulus dari SD Negeri Kepanjenlor, Kota Blitar, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di SMP Negeri 1 Kota Blitar. Lalu pada tahun 1995 ia mendapatkan ijazah dari SMA Negeri 1 Garum, Kabupaten Blitar,.
Setelah itu, pada tahun 1996-1999 Rini menempuh pendidikan tinggi diploma tiga (D3) program studi akuntansi di Universitas Brawijaya Malang.
Rini dikaruniai 2 anak dari pernikahannya dengan Zainal Arifin.
Nama Rini nyaris tidak dikenal masyarakat Blitar sebelum masuk ke dunia politik Blitar. Pasalnya, ia lebih banyak berkecimpung dalam bisnis keluarga, termasuk mengelola Toko Restu sejak 1996.
Setelah itu, pada tahun 2015-2019, Rini mengelola usaha peternakan sapi dan kambing. Ia juga menjadi manajer usaha sound system bernama Ultima Sound System.
Pada 2017, ranah bisnis Rini melebar di bidang kuliner dengan mengelola rumah makan Bale Karisa.
Nama Rini Syarifah mulai mencuat di panggung politik pada Pilkada 2020. Dengan sebutan khas “Mak Rini”, ia tampil tampil sebagai kandidat bupati, berpasangan dengan pengacara asal Surabaya, Rahmat Santoso.
Hasilnya cukup mengejutkan. Pasangan ini memenangi pertarungan meski didukung koalisi partai yang hanya menguasai 17 kursi (34 persen dari total kursi DPRD Kabupaten Blitar). Sedangkan lawannya, pasangan petahana Rijanto-Marhaenis Urip Widodo didukung koalisi mayoritas partai politik (33 kursi atau 66 persen dari total 50 kursi DPRD Kabupaten Blitar).
Rini pun lalu menjabat Bupati Blitar periode 2020-2024 dan tercatat sebagai bupati perempuan Blitar yang pertama.
Setahun setelah dilantik sebagai bupati, Rini menjadi Ketua DPC PKB Kabupaten Blitar (2021-2026).
Beberapa isu tak sedap sempat mewarnai 4 tahun kepemimpinannya. Salah satunya masalah penyewaan rumah pribadinya sebagai rumah dinas wakil bupati. Ia juga dikaitkan dengan keberadaan Tim Percepatan Pembangunan dan Inovasi Daerah (TP2ID) yang dinilai punya kekuatan besar mengendalikan roda pemerintahannya.
Hak interpelasi dan hak angket terhadap kedua isu tersebut sempat digulirkan sejumlah fraksi di DPRD Kabupaten Blitar. Namun hal itu tidak berlanjut alias berhenti di tengah jalan.
Masalah lain yang mengganggu kepemimpinan Rini adalah kegagalannya berkomunikasi dengan Rahmat Santoso. Kegagalan itu berujung pada mundurnya Rahmat dari kursi Wakil Bupati Blitar.
Rini juga pernah dinilai begitu tertutup pada media sehingga memicu unjuk rasa para wartawan di Blitar Raya. (mr, asp)