UDANAWU, BlitarRaya.com – Calon gubernur Jawa Timur nomor urut 3 yaitu Tri Rismaharini, atau Risma, dalam satu bulan terakhir ini, tidak kurang sudah 3 kali mengunjungi Blitar.
Mantan Menteri Sosial dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf, yang juga mantan Wali Kota Surabaya itu, pertama terlihat mengunjungi Kota Blitar, pada Rabu, 4 September 2024 lalu.
Kunjungan ini, untuk berziarah ke Makam Bung Karno bersama pasangannya dalam Pilkada Jatim, Zahrul Ashar Azumta atau akrab dipanggil Gus Hans.
Kunjungan ini sekaligus perkenalan keduanya sebagai pasangan calon dalam Pilkada Jatim 2024 yang diusung oleh koalisi PDIP dan Partai Hanura.
Tiga pekan kemudian, Senin (23 september 2024), kembali Risma mengunjungi Blitar untuk melakukan sejumlah wawancara dengan media lokal, di antaranya dengan Radio Mayangkara, dan bersilaturahmi dengan mubaligh muda yang sedang naik daun, Gus Iqdam.
Pada Minggu, 29 September2024, kemarin siang, kembali Risma mengunjungi Blitar untuk memenuhi undangan berkunjung ke Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam, di Dusun Wonorejo, Desa Slemanan, Kecamatan Udanawu.
Dalam kunjungan yang disambut dengan penuh hikmat oleh santri Ponpes Mamba’ul Hikam ini, Risma kembali berkesempatan mendengarkan keluhan langsung dari masyarakat, terutama dari pengurus Pesantren Mamba’ul Hikam tentang kesejahteraan guru/ustadz.
Dalam dialog, KH. R. Mashadi Prawiranegara, pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam, menjelaskan bahwa saat ini banyak guru/pengasuh/ustadz di pondok pesantren yang mengajar dan mengasuh murid tanpa penghasilan yang mencukupi.
“Bu Risma, saya sering ditagih oleh guru-guru Madrasah. Gaji mereka saat ini hanya Rp 150 ribu – Rp 200 ribu per bulan, buat beli sabun saja tidak cukup,” ujar Kyai Mashadi dalam dialog.
Menurut Kyai Mashadi, para guru di pesantren saat ini lebih mengandalkan semangat dalam mengajar para santri, karena kesejahteraan mereka masih belum terpenuhi secara memadai.
“Dulu, kekurangan itu bisa ditutupi dengan mereka mempunyai penghasilan tambahan dari pertanian. Kini semakin sulit dilakukan,” ujar Kyai Mashadi.
Mendengar keluhan itu, Risma yang juga masih kerabat dengan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam, mengaku sangat prihatin.
Ia prihatin dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap lembaga pendidikan pondok pesantren. Padahal, menurut Risma, lembaga pendidikan ini memiliki peran yang penting dan strategis dalam membentuk generasi muda berkarakter.
“Saya sedih sekali, mendengarnya,” ujar Mantan Menteri Sosial dalam Kabinet Jokowi-Ma’ruf itu dengan mata berkaca-kaca.
Selain, penghasilan guru yang kecil. Kyai Mashadi juga menjelaskan minimnya fasilitas yang dimiliki pondok pesantren. Beberapa ruang kelas dan asrama santri membutuhkan perbaikan.
Risma kemudian menceritakan pengalaman-nya sewaktu menjadi Wali Kota Surabaya yang bisa menggratiskan sekolah dari dasar hingga menengah.
“Namun, setelah kewenangan pendidikan SMA/SMK itu diambil alih oleh pemerintah provinsi, kebijakan itu tidak bisa berjalan lagi. Sehingga, biaya sekolah kini kembali memberatkan orang tua siswa,” ujar Risma.
Dari pengetahuan yang ia dengar langsung dari pengasuh pondok pesantren, dan dari pengalamannya pada waktu menjadi Wali Kota Surabaya yang diakui sukses memajukan Kota Surabaya, Risma berkomitmen jika berhasil terpilih menjadi Gubernur Jawa Timur nanti, ia akan memprioritaskan peningkatan kesejahteraan guru di sekolah umum maupun di pondok pesantren.
“Saya sudah memiliki data dan menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan itu. Dan insya allah kita bisa melakukan itu,” ujar Risma. (hyu)