BINANGUN, BlitarRaya.com – Calon Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, akhir pekan kemarin, menghadiri peresmian rehab Masjid Al Huda dan pawai obor dalam rangka Hari Santri di Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar.
Dalam kesempatan memberikan kata sambutan pada acara Pengajian Hari Santri Nasional di DesaTawangrejo, Khofifah yang juga Ketua Muslimat NU, menekankan kembali tentang makna Hari Santri Nasional (HSN) agar dijadikan sebagai momentum untuk mengisi kembali semangat bagi santri dan warga NU untuk terus menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
“Salah satu orang yang ditugasi penyiapan nomenklatur Hari Santri Nasional oleh Presiden Jokowi saat itu adalah kami. Saat itu, Bapak Presiden Jokowi menelepon saya tepat tiga hari sebelum dilantik. Beliau menyampaikan Hari Santri akan disiapkan dalam Keppres atau Perpres. Dan kemudian beliau menanyakan apa jadi hari libur, apa tidak. Serta hari santri dimulai pada 1 Muharrom atau pada tanggal lain,” ujar Khofifah.
“Bahwa kami termasuk salah satu yang diamanahi untuk menyiapkan payung hukum Hari Santri Nasional. Kemudian saya dengan Pak Pratikno yang sekarang Mensesneg, saling bertukar email untuk menyiapkan draf yang bisa direkomendasikan kepada Bapak Jokowi. Saat itu sebelum beliau dilantik sebagai presiden di tahun 2014,” kenang Khofifah.
Karena pada saat perumusan HSN ada perdebatan, Khofifah mengaku turun tangan sendiri untuk menelusuri sejarah, mencari berapa jumlah santri dan pengasuh pondok pesantren yang turun bersama-sama dengan membawa bambu runcing melawan penjajah.
Tidak hanya tentang HSN, Khofifah juga menegaskan bahwa setelah ada Undang-Undang tentang pesantren, maka Jatim adalah provinsi pertama yang mengesahkan Perda dan Pergub tentang pesantren.
“Pergub tentang pesantren pertama itu adalah Jawa Timur. Itu karena gubernur-nya santri. Bagi saya pesantren adalah social capital yang luar biasa,” ujar Khofifah.
Lebih lanjut Khofifah juga menyatakan perhatian untuk pesantren dan kalangan santri di Jawa Timur pada saat ini semakin baik.
Pada saat jaman Gubernur Imam Utomo dan Pakde Karwo, sudah ada beasiswa S1 untuk santri. Namun begitu, terang Khofifah, pada saat dirinya menjabat sebagai gubernus Jawa Timur periode yang pertama, ia juga telah menginisasi untuk menambah program beasiswa bagi santri dan guru madrasah, tidak hanya untuk S1, tetapi juga S2, dan bahkan hingga beasiswa S3.
“Dalam lima tahun kami memimpin, sudah ada 5.583 penerima beasiswa S1, S2, dan S3 untuk santri dan juga guru madrasah diniyah di Jawa Timur. Itu adalah bagian dari ikhtiar kita untuk meningkatkan kualitas SDM dari pesantren,” ujar Khofifah.
Tidak hanya itu, terang Khofifah, dia juga telah berhasil melaksanakan program beasiswa dari Pemprov Jatim untuk santri Jatim agar bisa kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.
“Ini sudah masuk tahun ke-empat. Per tahun ada 30 santri Jatim yang kita berikan beasiswa untuk kuliah di Al Azhar. Dan Alhamdulillah, kuota ditambah 3 orang tahun ini,” ujar Khofifah.
Acara pawai obor sendiri diikuti oleh ratusan santri dari Desa Tawangrejo dan sekitar. (hyu)