Rabu, 22 Januari 2025 | 23:04 WIB
23.6 C
Blitar

Paling Rawan Terkena Wabah PMK, Sekitar 3000 Sapi Perah di Blitar Dapat Vaksinasi Lebih Dulu

KANIGORO, BlitarRaya.com – Sekitar 3.000 sapi perah di Kabupaten Blitar mendapat prioritas vaksinasi PMK lebih dulu dibanding ternak lain.

Hal ini selain karena sapi perah salah satu ternak ruminansia paling rawan terkena wabah PMK, juga untuk melindungi produktifitas susu yang dihasilkan. “Kami prioritaskan penggunaan vaksin PMK kiriman dari Pemerintah Provinsi itu untuk sapi perah karena sapi perah ini paling rentan terhadap PMK,” ujar Eko Susanto, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar, Rabu (22 Januari 2025).

Menurut Eko, selain itu juga untuk menjaga produktifitas produksi susu di Blitar. Karena jika seekor sapi perah terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) maka produktifitas susunya akan langsung drop 50 persen. “Ini jadi pertimbangan paling penting,. Meski pun jumlah sapi perah di Kabupaten Blitar jauh lebih sedikit dibanding sapi potong atau sapi piaraan,” ujar Eko Susanto.

Berdasarkan pada pendataan hingga akhir tahun 2024, populasi sapi perah di Kabupaten Blitar sebanyak 21.626 ekor, sedangkan populasi sapi potong 6,5 kali lebih banyak, yakni 142.081 ekor.

Mulai hari Rabu ini, Pemerintah Kabupaten Blitar mulai melakukan program vaksinasi massal wabah PMK. Setelah pada pekan lalu telah mendapat kiriman sekira 7.050 dosis vaksin PMK dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Sejumlah petugas dari Disnakkan Kabupaten Blitar, hari ini tampak telah melakukan vaksinasi pada ternak sapi di kandang peternak tradisional di Desa Sumberdiren, Kecamatan Garum.

Menurut Eko, dari 7.050 dosis vaksin itu, sekira 3.000 dosisi akan digunakan untuk vaksin pada sapi perah. Sedang sisanya sekira 4.000 dosis akan digunakan untuk vaksinasi sapi potong atau sapi piaraan di wilayah-wilayah dimana terdapat konsentrasi kasus PMK. Antara lain di Kecamatan Panggungrejo, Nglegok, Gandusari, Kanigoro, Talun, Garum, Wates, dan Udanawu.

Sedang untuk ternak ruminansia lain seperti kerbau, kambing, domba, dan babi belum menjadi prioritas. Sekitar 128 petugas penanganan wabah PMK telah disebar di 248 Desa dan Kelurahan untuk menjalankan itu.

Berdasarkan pembaruan data wabah PMK di Kabupaten Blitar hingga Selasa (21 Januari 2025), tercatat total sebanyak 551 kasus sejak lebih dari sebulan lalu. Dengan jumlah kematian 38 ekor, potong paksa 17 ekor, dan sembuh 261 ekor. Sebanyak 235 di antaranya masih sakit.

Selain.vaksinasi, ujar Eko, petugas Disnakkan juga gencar memberikan edukasi kepada peternak, cara mencegah penyebaran PMK serta cara menangani hewan ternak yang kena PMK.

“Kami berikan edukasi pencegahan dengan menjaga kebersihan kandang, menu makanan bergizi untuk menjaga kesehatan hewan ternak, termasuk juga pemberian vitamin,” jelas Eko.

“Ternak juga harus mendapatkan vaksin sekian kali, dengan interval pemberian vaksin setiap 6 bulan sekali. Jika tidak ada program vaksinasi PMK dari pemerintah, mau tidak mau peternak harus melakukan vaksinasi mandiri,” ujar Eko.

Eko Susanto menambahkan bahwa pihaknya juga meminta para peternak untuk tidak panik menghadapi kasus penyebaran wabah PMK ini, misal dengan menjual murah ternak mereka.

Menurut Eko, fenomena panic selling (jual murah hasil ternak) di kalangan peternak akibat penyebaran PMK ini, telah mengakibatkan kerugian besar bagi mereka, karena menjual murah ternak hingga kurang dari separuh harga.

Di Kabupaten Blitar tercatat populasi hewan ternak ruminansia yang rawan terjangkiti wabah PMK saat ini, ada sebanyak 570.542 ekor lebih.

Terdiri dari sapi potong 142.081 ekor; sapi perah 21.626 ekor; kerbau 361 ekor; kambing 380.740 ekor; kambing perah 3.215 ekor;, domba 19.133 ekor, babi 3.184 ekor, dan rusa 112 ekor. (asp, hyu)

-- advertisement --spot_img

Jangan Lewatkan