KEPANJENKIDUL, BlitarRaya.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mencatat adanya dua warga yang menderita penyakit malaria dalam kurun smester pertama 2025.
Padahal, Kabupaten Blitar bukan wilayah endemis parasit plasmodium penyebab malaria.
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Eko Wahyudi, mengatakan bahwa pihaknya mencatat adanya 2 warga yang menderita penyakit malaria meskipun Blitar bukan wilayah endemis malaria.
“Blitar bukan wilayah endemis malaria tapi ada dua warga yang menderita malaria,” ujar Eko kepada awak media, Rabu (16/7/2025).
Dua orang tersebut, kata Eko, masing-masing adalah warga Kecamatan Sutojayan dan Kecamatan Kesamben.
Baca juga: Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berat di Blitar Terus Naik, 34 Orang Masih Terpasung
Setelah ditelusuri latar belakang dari kedua pasien itu, lanjutnya, didapati keterangan bahwa keduanya baru pulang dari perantauan di luar Pulau Jawa.
“Satu orang pulang kerja dari Papua dan satu lagi dari Papua Tengah. Jadi ini kasus impor dari luar pulau,” tuturnya.
Kedua pasien itu, ujarnya, saat ini tengah menjalani terapi pengobatan melalui fasilitas kesehatan yang ada di dekat tempat tinggal mereka.
Eko menandaskan bahwa penanganan warga yang menderita penyakit malaria tercakup dalam program eliminasi malaria dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan sehingga sepenuhnya gratis.
“Pasien di Blitar dapat berobat ke semua puskesmas yang ada atau ke rumah sakit. Nanti pihak puskesmas atau rumah sakit akan menghubungi kami karena stok obatnya memang terbatas,” tuturnya.
Menurut Eko, Kabupaten Blitar merupakan wilayah yang telah mampu mengeliminasi malaria, yakni status dimana tidak ada lagi penularan setempat malaria.
“Penularan setempat terjadi ketika ada orang yang tidak pernah bepergian jauh ke mana-mana tapi terkena malaria. Nah kasus malaria di Blitar adanya kasus impor seperti dua pasien itu,” tuturnya.
Eko mengatakan bahwa malaria merupakan penyakit menular meskipun penularan tidak terjadi melalui kontak langsung antara pasien dengan yang lain.
Penularan malaria, kata dia, terjadi melalui perantara gigitan nyamuk anopheles betina.
“Seperti cara penularan demam berdarah. Nyamuk menggigit pasien malaria lalu menularkan ke orang lain melalui gigitan,” jelasnya.
Meski bukan wilayah endemis malaria, Eko menghimbau warga Kabupaten Blitar untuk tetap waspada pada penularan malaria.
Sebab, terdapat sejumlah titik lokasi yang bisa menjadi habitat nyamuk penular malaria, yakni tempat-tempat genangan dengan air yang lama tidak berganti hingga tumbuh lumut.
Beberapa habitat nyamuh anopheles, kata Eko, ada di wilayah perairan payau di Blitar bagian selatan dimana terdapat pertemuan antara air laut dan air tawar.
“Di Blitar utara juga ada kubangan-kubangan bekas penambangan pasir yang sudah berlumut yang patut diwaspadai menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk penular malaria,” ujar Eko. (Asip Hasani/asp)