Rabu, 20 Agustus 2025 | 01:10 WIB
25.9 C
Blitar

Bumi Berotasi Lebih Cepat, Dunia Digital Terancam Kacau

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

BlitarRaya.com Hari ini, 5 Agustus 2025, Bumi berotasi sedikit lebih cepat dari biasanya, yakni sekitar 1,25 hingga 1,51 milidetik dari waktu normal 24 jam (86.400 detik).

Ini merupakan salah satu hari terpendek 2025. Sebelumnya, menurut data International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS), pada 9 dan 22 Juli 2025, durasi hari juga lebih singkat, yaitu 1,30 milidetik dan 1,38 milidetik dari durasi normal.

Penyebab percepatan ini masih menjadi objek penelitian, tetapi diduga kuat terkait dengan pergerakan inti cair Bumi, perubahan distribusi massa akibat pencairan es, dan dinamika atmosfer serta arus laut.

Perubahan itu memang tidak bisa langsung dirasakan oleh manusia karena hanya dalam hitungan milidetik. Tapi para ilmuwan melihatnya sebagai tantangan serius karena berpotensi menimbulkan kekacauan di dunia digital, terutama yang mengandalkan presisi waktu absolut.

Bukan kecepatannya yang jadi problem, melainkan perbedaan antara dua jenis waktu yang kita gunakan: UTC dan UT1.

UTC, yang merupakan singkatan dari Coordinated Universal Time (Waktu Universal Terkoordinasi) – sebelum tahun 1972 disebut sebagai Greenwich Mean Time (GMT) – merupakan standar yang digunakan untuk menetapkan zona waktu di seluruh dunia.

Sedangkan UT1, singkatan dari Universal Time (Waktu Universal) merupakan waktu matahari rata-rata pada garis bujur 0°. 

Melalui kesepakatan internasional, dunia menentukan waktu pada garis bujur 0° menggunakan UTC. Disepakati pula waktu lokal di suatu tempat ditentukan dengan menggeser zona waktu dari UTC, misalnya Waktu Indonesia Barat (WIB) adalah UTC+7 (tujuh jam lebih cepat dari UTC), Waktu Indonesia Tengah (WITA) adalah UTC+8 (delapan jam lebih cepat dari UTC), dan Waktu Indonesia Timur (WIT) adalah UTC+9 (sembilan jam lebih cepat dari UTC).

UTC adalah standar waktu global yang diatur oleh jam atom yang sangat stabil, akurat, dan tidak dipengaruhi oleh rotasi Bumi. Sedangkan UT1 adalah waktu berdasarkan pada rotasi Bumi yang sebenarnya tidak stabil.

Idealnya, UTC dan UT1 harus selalu sinkron. Tapi, gara-gara rotasi Bumi terus mengalami perlambatan (tren jangka panjang) dan fluktuasi kecil, maka terjadilah selisih antara UTC dan UT1.

Detik Kabisat Negatif

Secara historis, rotasi Bumi cenderung melambat. Karena itu, demi menjaga agar UTC dan UT1 tetap sinkron (selisih antara UTC dan UT1 tidak melebihi 0,9 detik), para ilmuwan dari IERS menambahkan satu detik ke UTC. Penambahan yang disebut detik kabisat (leap second) ini biasanya dilakukan pada akhir Juni atau Desember dengan tujuan mengimbangi perlambatan rotasi Bumi.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren perlambatan rotasi Bumi justru berbalik arah. Data menunjukkan bahwa rotasi Bumi menjadi sedikit lebih cepat, seperti yang terjadi pada hari ini, 5 Agustus 2025.

Jika tren ini berlanjut, selisih antara UTC dan UT1 tidak lagi akan membuat UTC tertinggal, melainkan UT1 yang akan lebih cepat dari UTC. Ini tantangan dilematis bagi para ahli waktu. Sebab, alih-alih menambahkan detik, mereka mungkin harus menghilangkan satu detik (negative leap second) dari UTC. Padahal, mereka tahu, hal ini bisa memicu timbulnya kekacauan digital.

Potensi Kekacauan di Dunia Digital

Penghapusan satu detik atau detik kabisat negatif dapat memicu kekacauan yang lebih besar daripada penambahannya. Berikut beberapa contoh dampaknya pada sistem teknologi vital:

  • Sistem Navigasi GPS
    Sinkronisasi waktu yang sangat presisi dengan satelit merupakan andalan bagi sistem navigasi GPS di pesawat, kapal, dan mobil. Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Bila sistem GPS gagal menyesuaikan diri dengan penghilangan satu detik, posisi yang dihitung bisa meleset hingga beberapa kilometer, sehingga sangat membahayakan, terutama, penerbangan atau navigasi kapal di perairan sempit. 
  • Jaringan Finansial dan Telekomunikasi
    Lantaran ketergantungan bursa saham global dan jaringan komunikasi terhadap stempel waktu (timestamp) yang akurat untuk mencatat setiap transaksi atau pengiriman data, detik kabisat negatif bisa mengacaukan urutan waktu, menyebabkan data transaksi menjadi tidak beraturan. Hal ini, pada gilirannya, akan memicu perselisihan hukum, kerugian finansial, dan merusak integritas seluruh sistem keuangan. 
  • Infrastruktur Komputer dan Jaringan
    Detik kabisat negatif bisa menyebabkan bug, crash, atau ketidakstabilan pada server dan jaringan. Beberapa layanan online bisa tiba-tiba terhenti sehingga menimbulkan gangguan skala besar yang berdampak pada jutaan pengguna di seluruh dunia. Memang, banyak sistem operasi dan software dirancang untuk menangani penambahan waktu, tetapi tidak untuk penghilangannya.

Contoh-contoh ini menggambarkan bahwa fluktuasi kecil pada rotasi Bumi, walau tidak signifikan bagi manusia secara biologis, berpotensi menjadi masalah teknis yang sangat besar dan rumit bagi dunia digital. (mr)

Jangan Lewatkan

-- advertisement --spot_img
spot_img