SANANWETAN, BlitarRaya.com – Satu mesin dengan fungsi ganda, Chopcompost Two in One, muncul sebagai salah satu dari 9 peraih penghargaan lomba inovasi teknologi (Inotek) yang diselenggarakan oleh Bappeda Kota Blitar dalam program Blitar Innovation Award & Festival 2025.
Chopcompost Two in One berhasil meraih Juara II untuk kategori Inovasi Teknologi Bidang Agribisnis dan Energi Baru Terbarukan.
Sesuai dengan namanya, mesin yang dibutuhkan dalam usaha peternakan kambing atau pun domba ini memiliki fungsi ganda, yakni sebagai pencacah rumput atau pun dedaunan pakan ternak dan sekaligus penggiling kotoran kambing atau domba untuk dijadikan pupuk kompos.
Dengan mesin diesel 8,5 HP (horse power) yang menggerakkan silinder bermata pisau 19 buah, mesin ini diklaim memiliki kapasitas keluaran (output) pakan ternak tercacah atau pun kotoran kambil terhaluskan sebanyak sekitar 1 ton per jam.
Setidaknya dengan spesifikasi tersebut, mesin hasil rancangan pria berusia 44 tahun yang lebih dikenal sebagai pegiat kopi Blitar bernama Ahrian Festyananda ini mampu menyisihkan belasan atau mungkin puluhan peserta lain dalam kategori yang sama.
“Mesin ini cocoknya dimiliki peternak skala menengah-besar atau usaha bahan pupuk kompos berbasis kotoran kambing,” ujar warga Kelurahan Kepanjenkidul, itu usai menghadiri upacara pemberian hadiah di Gedung Kesenian Kota Blitar, Kamis (31 Juli 2025).
Baca juga: 9 Inovasi Teknologi Raih Penghargaan Inotek 2025 Kota Blitar, Ini Daftarnya
Bukan hanya mampu menghasilkan rumput dan dedaunan tercacah dalam ukuran yang cukup kecil, mesin itu juga memiliki daya hancur yang kuat dibuktikan dengan uji coba mencacah satu tangkai daun kelapa atau blarak.
“Blarak (basah) pun dilumat habis beserta tulang daunnya. Apalagi kalau cuma daun tanpa tulangan seperti blarak,” ungkap pria yang biasa disapa Rian itu.

Begitu juga dengan fungsi penghancur kotoran kambing. Hasilnya berupa butiran lembut kotoran kambing yang diasumsikan akan menjadi lebih mudah terurai saat diproses menjadi pupuk kompos.
“Ketika diuji coba dengan srinthil (kotoran) kambing, pada corong keluaran menyembur seperti debu karena lembutnya hasil penggilingannya,” kata Rian.
Mesin berbobot sekitar 100 kilogram dengan dimensi 1,66 meter x 0,84 meter x 1,1 meter itu dirancang sedemikian rupa dengan dua lubang input (masukan) dan dua corong output (keluaran). Satu lubang khusus untuk memasukkan rumput atau dedaunan ke pisau silinder pencacahan. Satu pasang lubang dan corong keluaran untuk penggilingan kotoran kambing.
Rian memasang bandrol untuk satu mesin Chopcompost Two in One seharga Rp 29 juta. Dia mengklaim harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan mesin dengan kemampuan setara tapi dengan fungsi tunggal, hanya untuk pencacahan rumput saja atau hanya untuk penggilingan kotoran kambing saja.
“Untuk mesin dengan fungsi tunggal itu satu unit sekitar Rp 25 juta,” ungkapnya.
Pria yang menyandang predikat lengkap di dunia kopi ini lantas mengungkap awal mula dirinya merancang mesin tersebut.
“Awalnya saya diberi tantangan oleh seorang politisi Kabupaten Blitar untuk membuat satu mesin dengan fungsi ganda itu,” tuturnya.
Dari tantangan itulah Rian mencoba merancang mesin tersebut. Lalu ia mendatangi seorang teknisi permesinan yang biasa membuat peralatan berteknologi tepat guna di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Rancangan yang ia buat pun diserahkan ke teknisi tersebut hingga, singkat cerita, jadilah mesin Chopcompost Two in One yang ternyata juga mampu merebut satu dari 9 penghargaan. (asp)