KEPANJENKIDUL, BlitarRaya.com – Pengusaha sound system ternama asal Blitar, Jawa Timur, Muzahidin alias Mas Bre, mengungkapkan alasan perubahan nama “sound horeg” menjadi “sound karnaval Indonesia”.
Menurut pemilih Brewog Audio asal Srengat, Kabupaten Blitar itu perubahan nama itu dimaksudkan untuk mengubah stigma negatif yang melekat pada kegiatan karnaval dan pawai yang menggunakan sound system berukuran besar yang kemudian dikenal dengan nama sound horeg.
Hal itu diungkapkan Mas Bre usai bertemu dengan Bupati Blitar Rijanto dan Wakil Bupati Beky Herdihansah di Pendopo Hadi Negoro, Jalan Semeru, Kota Blitar, Selasa (5 Agustus 2025).
“Memang diubah, stigmanya biar berubah. Tadi pak bupati juga menyuruh kita untuk mengganti. Tidak usah sound horeg lagi. Tapi sound karnaval Indonesia,” ujar Mas Bre kepada awak media.
“Biar stigmanya tidak seperti yang kemarin-kemarin,” tambahnya.
Baca juga:
- Brewog Audio Sebut Pemkab Blitar Izinkan Karnaval Sound Horeg hingga 8 Subwoofer
- Kapolres Blitar: Laporkan Sound Horeg yang Ganggu Kenyamanan, Kami Akan Datang
- Tanggapi Fatwa Haram MUI, Bupati Rijanto justru Ungkap Wacana Lombakan Sound Horeg
Sebagaimana diberitakan, perubahan nama itu dideklarasikan para pengusaha sound system dalam perayaan ulang tahun komunitas Team Sotok di lapangan Desa Gedog Kulon, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Selasa (29 Juli 2025) lalu.
Kata Mas Bre, stigma negatif tentang sound horeg banyak disebabkan oleh pemberitaan media yang tidak sesuai kenyataan di lapangan.
“Jadi media ini banyak yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Kayak kemarin truknya tebakar. Orang tidak dikenal. Siapa yang bakar,” ujarnya.
“Jadi banyak berita berita yang gak sesuai. Jadi akhirnya ya jadi gini. Rame. Dimana-mana dibahas,” imbuh Mas Bre.
Mas Bre menambahkan bahwa banyak komentar negatif di media yang ia sebut menyerupai robot internet (bot), program yang dirancang untuk melakukan tindakan tertentu secara otomatis. Hal itu disimpulkan dari profil akun pemberi komentar yang tidak jelas.
“Terus yang komen itu kayak bot gitu lho. Kayak di media banyak yang gak jelas gak jelas. Akunnya profilnya gak ada, akunnya private. Wis macem-macem. Kayak buzzer gitu lho,” ujarnya.
Padahal, dia mengklaim bahwa sejauh ini penyelenggaraan sound horeg di Blitar dan sekitarnya berlangsung aman tanpa persoalan.
“Aman. Sampai saat ini aman semua. Di Malang aman. Juga di tempat lain juga aman. Semuanya aman sih gak ada yang…,” ujarnya.
Ditanya apa dampaknya jika karnaval sound horeg dilarang, kata dia, larangan itu akan membuat sejumlah pihak dirugikan.
Dari sisi pengusaha sound horeg, larangan akan membuat usaha sound system lesu hingga berujung pada pemecatan banyak pekerja.
Larangan juga akan membuat pihak pemerintah desa dan warganya akan kecewa karena sudah merencanakan penyelenggaraan karnval sound horeg sejak setahun sebelumnya.
“Pak Lurah juga sudah persiapan satu tahun. Kalau ditolak kan warga juga sakit kepala. Ngelu. Mau hiburan satu tahun saja kok repot,” ujarnya.
Mas Bre juga menyebut bahwa larangan terhadap karnval sound horeg akan memmbuat banyak pedagang kecil turun omzet penjualan mereka.
“Yang UMKM juga lesu. Karena kan kalau gak ada sound karnaval kan kurang ramai. Omzet dagang menurun,” pungkasnya. (asp)