Rabu, 20 Agustus 2025 | 03:19 WIB
25.9 C
Blitar

Komentari ‘Merah Putih One For All’, Hanung Bramantyo: 7 Miliar Rupiah Tidak Cukup Meski Tidak Dikorupsi

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

BlitarRaya.com Sutradara terkenal Hanung Bramantyo turut menyoroti biaya produksi film animasi Merah Putih One For All yang disebut mencapai Rp6,7 miliar. Menurutnya, angka itu terlalu kecil untuk menghasilkan film animasi bermutu tinggi. Pasalnya, biaya minimalnya bisa mencapai Rp30 miliar hingga Rp40 miliar rupiah, belum termasuk biaya promosi.

“Budget 7M untuk film animasi, potong pajak 13% kisaran 6M, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap jelek,” tulis Hanung dalam unggahan di Threads yang dilihat BlitarRaya.com pada Selasa (12 Agustus 2025).

Menurut sutradara film Ayat-Ayat Cinta itu, anggaran 6M hanya cukup untuk membiayai proses produksi hingga tingkat previs alias kumpulan storyboard berwarna yang digerakkan sebagai panduan bagi animator.

“Kalau itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten. Ibarat membangun rumah, belum di-pelur semen dan lantainya masih cor-coran kasar,” ujar Hanung.

Anggaran Rp6,7 miliar untuk Merah Putih One For All menjadi perbincangan hangat di media sosial menjelang tayang perdana di bioskop pada 14 Agustus 2025. Banyak warganet menilai anggaran tersebut terlalu besar dibandingkan dengan kualitas filmnya yang buruk, mirip game jadul atau tugas anak sekolah yang baru belajar animasi.

Baca juga: Film ‘Merah Putih: One For All’ Panen Kritikan Jelang Tayang, Warganet: Mirip Game Jadul

Durasi pengerjaan film juga disorot Hanung. Menurutnya, untuk menghasilkan film animasi yang bisa bersaing dan layak tayang di bioskop, waktu yang dibutuhkan adalah 5 tahun. Sementara itu, Merah Putih One For All, sebagaimana diakui produsernya, Toto Soegriwo, diproduksi dalam waktu kurang dari satu bulan.

Karena itu, suami Zaskia Adya Mecca itu meminta Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan wakilnya, Giring Ganesha, turun tangan membantu. Ia juga mengusulkan jadwal tayangnya ditunda guna memberi waktu bagi para kreator menyempurnakan film tersebut agar lebih layak dinikmati penonton.

Film produksi Perfiki Kreasindo yang disutradarai oleh Endiarto dan Bintang ini berkisah tentang petualangan sekelompok anak dari berbagai latar belakang budaya di Indonesia yang mendapat tugas mencari bendera pusaka yang hilang menjelang perayaan Hari Kemerdekaan. Dengan semangat gotong-royong, persatuan, dan nasionalisme, film ini hendak menyajikan pesan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mengibarkan Sang Merah Putih. (mr)

Jangan Lewatkan

-- advertisement --spot_img
spot_img