Rabu, 20 Agustus 2025 | 02:36 WIB
25.9 C
Blitar

Malam Tirakatan 17 Agustus, Ini Makna dan Susunan Acara yang Selalu Ada

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

BlitarRaya.com Setiap tanggal 16 Agustus malam, suasana istimewa selalu terlihat di berbagai penjuru Indonesia. Pun malam ini, Minggu, 16 Agustus 2025, warga berkumpul di balai desa, balai RW, sudut-sudut kampung, gang-gang, dan bahkan halaman rumah, untuk menjalani tradisi tirakatan 17 Agustus.

Ini bukanlah kumpul-kumpul biasa, melainkan ritual sarat makna menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT RI) setiap tanggal 17 Agustus.

Apa itu tirakatan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tirakat memiliki dua arti. Pertama, menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang). Kedua, mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (di gunung dan sebagainya).

Dalam khazanah pesantren, kata tirakat merupakan serapan dari kata thariqah (Bahasa Arab) yang berarti jalan. Tirakat dalam konteks ini sering dikaitkan dengan jalan spiritual atau usaha batin untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. 

Dalam tradisi masyarakat Jawa, malam tirakatan diadakan untuk memperingati peristiwa penting atau hari besar, biasanya dengan doa bersama atau kegiatan keagamaan lainnya. 

Pada praktiknya, cara orang menjalankan tirakat bisa bermacam-macam. Ada yang dengan berpuasa dan menjalankan amalan-amalan tertentu. Ada pula yang menempuh cara tidak tidur semalaman.

Dalam konteks Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tirakatan 17 Agustus merupakan momen bagi warga untuk bersyukur, merenung, dan mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya di masa lalu. Dengan kata lain, malam tirakatan merupakan jembatan spiritual antara masa kini dan masa lalu yang membawa pesan betapa kemerdekaan itu tak ternilai harganya.

Susunan Acara Tirakatan

Setiap daerah memiliki gaya berbeda dalam melaksanakan tirakatan 17 Agustus. Begitu pula susunan acaranya. Tetapi, menurut amatan BlitarRaya.com, terdapat beberapa hal yang selalu ada dalam ritual tersebut, yaitu:

  • Sambutan dan Refleksi
    Pidato sambutan dari tokoh masyarakat/agama, ketua RT/RW, atau kepala desa biasanya memberikan pidato sambutan yang berisi pesan-pesan kebangsaan, refleksi makna kemerdekaan, dan ajakan untuk selalu menjaga persatuan.
  • Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
    Mengumandangkan dengan khidmat lagu ini merupakan wujud penghormatan dan penguatan rasa nasionalisme.
  • Doa Bersama
    Selain untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia di masa depan, doa dipanjatkan untuk para pahlawan yang gugur agar arwah mereka diterima di sisi Tuhan dan perjuangan mereka diganjar dengan pahala.
  • Potong Tumpeng dan Makan Bersama
    Tumpeng, yang merupakan simbolisasi rasa syukur, biasanya dipotong dan dibagikan kepada warga. Lalu, setelah serangkaian acara yang khidmat, malam tirakatan diakhiri dengan makan bersama yang bisa menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga.

Tradisi yang, disebut-sebut, telah ada sejak awal kemerdekaan Indonesia itu terus berlanjut bahkan di tengah arus deras modernisasi saat ini. Melalui tirakatan 17 Agustus, warga diajak sejenak melupakan kesibukan pribadi untuk menyatu sebagai satu bangsa yang merdeka dan bersaudara. (mr)

Jangan Lewatkan

-- advertisement --spot_img
spot_img