KANIGORO, BlitarRaya.com – Ribuan massa yang kebanyakan berkendara sepeda motor menyerbu Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blitar di Kelurahan Kanigoro, Kabupaten Blitar, pada Sabtu malam hingga Minggu (31 Agustus 2025) dini hari.
Mereka merobohkan pintu gerbang utara, melakukan perusakan, penjarahan, dan pembakaran di sejumlah ruang.

Puluhan barang dijarah sekelompok massa, mulai dari layar monitor berukuran besar di sejumlah ruang rapat, perangkat sound system, laptop, dan barang berharga lainnya.
Bahkan, satu unit sepeda motor milik seorang petugas keamanan ikut digondol meskipun belakangan dilaporkan sepeda motor tersebut ditinggalkan perusuh di wilayah Desa Tumpang, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

Hingga Senin (1 September 2025), pasokan listrik, internet dan air di Gedung DPRD Kabupaten Blitar mati. Sementara Polres Blitar belum memberikan pernyataan apa pun terkait proses penyelidikan atas perusakan dan penjarahan ini.
Baca juga:
- Polisi Tahan 143 Orang dalam Serangan Massa ke Polres Blitar Kota, 5 Asal Jateng
- Ketika Warga Turut Hadang Massa yang Hendak Serang Polres Blitar Kota
- Affan Kurniawan Sang Tulang Punggung Keluarga, Ojol yang Tewas Dilindas Rantis Brimob
Namun di antara berbagai dampak akibat perusakan dan penjarahan itu, terbakarnya ribuan dokumen di sejumlah ruangan di kompleks Gedung DPRD Kabupaten Blitar itu mungkin berdampak paling merugikan. Termasuk, hangusnya ribuan dokumen yang disimpan di ruang arsip.
Menurut seorang pejabat Sekretariat DPRD Kabupaten Blitar, ribuan dokumen yang ada di ruang arsip mayoritas merupakan dokumen laporan pertanggungjawaban keuangan (LPJ).
“Di situ ribuan LPJ untuk kegiatan di lingkungan DPRD selama bertahun-tahun dan tidak ada duplikatnya,” ujar pejabat yang enggan disebutkan identitasnya itu.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Supriadi alias Kuwat, mengaku pihaknya telah mengamankan dokumen-dokumen penting pada Sabtu siang atau sore sebelum aksi perusakan dan penjarahan itu terjadi.
Pantauan BlitarRaya.com pada Minggu siang, lantai satu gedung depan menjadi sasaran perusakan, pembakaran dan penjarahan paling parah. Sedangkan gedung bagian belakang, dimana terdapat ruang pimpinan dan ruang-ruang fraksi dan komisi, relatif tak banyak dijamah perusuh.

Bangunan pos jaga petugas keamanan yang berada di pintu gerbang utara menjadi pemandangan pertama kerusakan. Dinding kaca hancur, bagian dalam hangus, dan setidaknya satu unit televisi dijarah. Jelaga menghitamkan hampir seluruh bagian dinding ruang berukuran sekitar 1×2 meter itu.
Dua puluhan meter dari pos jaga, beberapa bingkai jendela kaca di sudut utara bangunan depan yang merupakan ruang kehumasan, pecah dan hangus. Asap tipis masih terlihat keluar dari jendela kaca yang pecah, menebar aroma kertas dan plasti terbakar. Dari lubang jendela kaca, terlihat jelas tumpukan kertas di rak-rak di dalam ruangan itu hitam menjadi abu. Basah air sisa pemadaman terlihat di beberapa bagian.

Masih di lantai satu gedung depan, ruang rapat luas yang biasa digunakan untuk membahas anggaran daerah, memperlihatkan pemandangan yang tak jauh berbeda dengan kondisi ruang kecil humas. Lantai ruangan basah oleh sisa pemadaman sementara di beberapa bagian terlihat kabel-kabel putus sisa pencabutan paksa perangkat elektronik oleh penjarah.
Naik ke lantai dua gedung depan, pecahan pot bunga berukuran besar yang ada di tangga menuju ke Ruang Rapat Paripurna berserakan di lantai. Tiga hingga empat meja kayu digulingkan tak beraturan di depan pintu ruang rapat, di antara pecahan kaca yang bertaburan di lantai. Di dalam ruang sidang, nyaris tidak terlihat jejak upaya pembakaran. Hanya kabel-kabel putus yang menjulur tak beraturan, bekas pencabutan paksa barang-barang elektronik.

Di dinding yang ada di belakang meja pimpinan rapat, terdapat coretan cat pilok berbunyi “DPR K*NT*L”. Coretan vandalisme itu di bawah foto Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di sebelah kiri. Sedangkan foto Presiden Prabowo Subianto tak lagi terlihat di dinding.

Jejak kebakaran terlihat jelas di ruangan kecil yang menempel di belakang dinding ruang paripurna. Ruangan itu merupakan ruang kontrol perangkat elektronik yang ada di ruang sidang paripurna. Di ruang tersebut juga diletakkan amplifier dan perangkat lain yang tak luput dari penjarahan sebelum dibakar dan ditinggalkan para perusuh.

Berapa uang publik yang kelak harus segera digunakan untuk membeli berbagai perangkat yang dijarah dan dirusak? Berapa lagi yang harus digunakan untuk memperbaiki kerusakan gedung? (asp)