SUKOREJO, BlitarRaya.com – Suasana malam di kompleks Pasar Legi di Kelurahan Sukorejo, Kota Blitar dalam tiga tahun terakhir terkesan gelap dan sepi. Mungkin, kata dalam Bahasa Jawa ini cukup mewakili, singlu.
Dua ruas jalan sepi dan minim penerangan di sisi utara dan selatan mengapit bangunan dua lantai yang mulai menua itu. Keramaian Jalan Mawar di depannya, dan kerlap kerlip cahaya biru keunguan dari tempat hiburan malam Cafe Jojo di sayap utara bangunan, tak mampu menghidupkan wajah malam Pasar Legi lebih bercahaya.
Namun ada yang berbeda pada suasana wajah depan Pasar Legi yang menghadap ke Jalan Mawar malam itu, Selasa (16 September 2025). Puluhan orang memenuhi satu ruangan serta teras lantai dua di bagian selatan bangunan.
Riuh suara obrolan terdengar di antara lantunan lagu yang mengalun, berbaur dengan ramainya lalu lintas Jalan Mawar. Sesekali derai tawa melabrak suara penyanyi dengan iringan organ tunggal yang keluar dari sound system mini di sudut ruangan.
“Malam ini merupakan malam soft launching cafe kami, Selasar Cafe. Kami hadir untuk menantang pecinta kopi sejati dengan beragam kopi nusantara, termasuk kopi dari Blitar,” kata salah satu pemilik cafe, Destyan Handri Sujarwoko, penuh semangat.
Setelah menguraikan panjang lebar keuggulan daftar menu kopi Selasar Cafe, pria berperawakan agak kecil dan cenderung aktif itu lantas menceritakan awal mula berdirinya Selasar Cafe.
Kata Destyan, lima alumni SMAN 1 Kota Blitar yang lulus tahun 1996 termasuk dirinya, sering mengeluhkan sulitnya menemukan tempat bertemu dan ngopi yang nyaman. Lima sekawan ini, selain Destyan, adalah Cahyo Inda Wahono, Dwi Mawadati, Dody Yudianto, dan Edwianna Rachmawati.
Dalam irisan dengan dua lingkaran pergaulan lainnya, muncul Ahryan Festyananda, alumnus SMAN 2 Kota Blitar tahun 2000, dan Pijar Kumala Seta, alumnus SMSR Yogyakarta tahun 2005. Dua orang inilah yang disebut-sebut Destyan sebagai penjaga gawang andalan kualitas dan keistimewaan kopi Selasar Cafe. Ahryan dan Pijar adalah barista dan profesional di bidang pengolahan kopi (coffee roastery).
Bahkan Ahryan, disebut pernah menyabet juara 3 kompetisi nasional 2025 kategori pemroses kopi robusta.
Perkongsian 7 orang itu melahirkan Selasar Cafe.
Pria yang berprofesi sebagai jurnalis pada kantor berita yang dibiayai pemerintah itu tidak menjelaskan secara gamblang alasan memilih lokasi di Pasar Legi yang “mati suri”. Namun diungkapkan secara tersirat, biaya sewa tempat yang terjangkau menjadi pertimbangan utama. Kedai kopi milik kongsi 7 kawan itu itu menempati satu ruangan yang cukup luas, penggabungan 5 ruko ukuran standar.
“Kami percaya speciality kopi di sini yang akan membuat pecinta kopi datang dan kembali datang,” ujar alumnus Jurusan Hubungan Internasional UGM Yogyakarta ini kembali berpromosi.
Baca juga:
- Cerita Mas Ibin dan 5 Karton Air Mineral Cegah Massa Serang Gedung DPRD Kota Blitar
- Dua Bulan CFD Kota Blitar, Potret Antusiasme dan Harapan Warga
* * *

Setelah lebih dari dua jam acara soft lauching itu berlangsung, suasana ruang lantai dua dan teras sudut depan Pasar Legi semakin meriah dan penuh keakraban. Meskipun, puluhan tamu undangan itu berasal dari beberapa lingkaran pergaulan dan pertemanan yang berbeda. Ada lingkaran alumni SMAN 1 Kota Blitar tahun 1996, alumni SMAN 2 Kota Blitar tahun 2000, lingkaran Keluarga Siswa dan Mahasiswa Blitar di Yogyakarta (Kesmalita) dari berbagai angkatan, dan lainnya.
Sekitar pukul 21.00 WIB, Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin atau yang akrab disapa Ibin atau Mas Ibin tiba di lokasi acara. Kedatangan tiba-tiba itu tidak membuat para tamu undangan tergopoh-gopoh menyambutnya sebagaimana lazimnya kedatangan seorang kepala daerah.
Tamu undangan yang kebanyakan lebih senior darinya memberikan sikap hormat kepada yunior yang kini menjadi seorang kepala daerah. Namun, kehangatan hubungan pertemanan tetap lebih menonjol. Bahkan Ibin yang mengenakan kemeja biru dongker lengan pendek itu memilih duduk di teras, menikmati kopi sambil bercengkerama. Sesekali tawanya meledak, menjadikan pertemuan malam itu tidak jauh berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelum Ibin terpilih sebagai Wali Kota.
Ketika diberi kesempatan memberikan sambutan, suami dari Kharisa Rizqi itu pun segera mengungkapkan rencana revitalisasi Pasar Legi menjadi pusat wisata kuliner, oleh-oleh dan suvenir serta baragam produk UKM Blitar Raya.
“Kita akan revitalisasi Pasar Legi. Kita bangun food court yang bagus di lantai dua. Kita kasih panggung hiburan agar bisa mengundang kerumunan,” ujarnya.
“Nanti kalau sudah direhab, sudah opening, kita ramaikan Pasar Legi. ‘Ingat Nongkrong, Ingat Pasar Legi’,” imbuh Ibin disambut meriah tepuk tangan.
Program revitalisasi Pasar Legi merupakan bagian dari realisasi visi dan misi yang ia bersama Elim Tyu Samba tawarkan kepada pemillih saat berkompetisi memperebutkan kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar pada Pilkada Serentak 2024 lalu.
Sebelum menutup sambutan informalnya, Ibin menandaskan keinginannya untuk terus menjaga keakraban dan kehangatan pertemanan dalam berbagai lingkaran pertemanan yang ada, termasuk lingkaran pertemanan Kesmalita. Namun, ia mengingatkan agar jangan ada yang “menjual namanya” untuk kepentingan tertentu.
“Kalau sampai ada yang menjual nama saya, sudah. Saya putus,” tegasnya.
Ibin masih bertahan di Selasar Cafe meski beberapa tamu undangan mulai berpamitan. Sekitar pukul 23.00 WIB atau lebih, Ibin pun berpamitan pulang, mengakhiri acara soft launching tersebut.
* * *
Di tengah warning pemotongan dana transfer ke daerah (TKD) saat ini, menjadi krusial rencana revitalisasi Pasar Legi untuk menyedot keramaian. Tujuan akhirnya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
“Kota Blitar masih sangat bergantung pada transfer dari Pemerintah Pusat. TKD masih sekitar 80 persen dari pendapatan APBD,” ujar Mas Ibin pada satu kesempatan.
Pasar Legi mungkin menyimpan “ruh” sebagai pusat perdagangan yang telah berusia lebih dari 100 tahun. Namun kebarakan yang terjadi pada Selasa (12 Juli 2016) sore sembilan tahun lalu, menjadikan upaya menghidupkan kembali “jantung pacu” Pasar Legi bukan perkara mudah. Lamanya proses renovasi hingga awal 2022 membuat sebagian besar pedagang enggan kembali. Kondisi bertambah parah oleh disrupsi digital yang mengalihkan sebagian transaksi perdagangan masyarakat secara online.
Namun, mungkin revitalisasi Pasar Legi dapat menjadi salah satu pilihan efisien dari Pemerintah Kota Blitar dalam upayanya meningkatkan PAD melalui pajak, retribusi, dan parkir. (Asip Hasani)