KEPANJENKIDUL, BlitarRaya.com – Debat publik kedua antar pasangan calon Pilkada Kota Blitar 2024, pada Rabu (30 Oktober 2024) malam, berlangsung menarik.
Tidak seperti debat pertama yang panas. Pada debat kedua ini, kedua paslon saling memberi apresiasi pada gagasan lawan debatnya.
Data viewer di akun Youtube KPU Kota Blitar yang menyiarkan langsung debat kedua ini, terlihat ditonton sekira 10.000 viewer selama sekira 2,5 jam debat berlangsung. Dan hingga Kamis sore, terlihat ada lebih 11.000 viewer.
Sedang pada beberapa kanal lain yang juga menyiarkan secara langsung, rata-rata diakses oleh sekira 1.000 viewer.Jumlah ini lebih sedikit dibanding pada debat pertama yang diakses 16.000 viewer pada saat debat berlangsung.
Sekitar 100 orang menghadiri secara langsung debat di ruang Hall Kagawara, Hotel Puri Perdana, Kota Blitar. Selain itu juga 50 orang dari masing-masing tim hore dari kedua pasangan calon.
Ketua KPU Kota Blitar, Rangga Bisma Aditya, yang membuka acara debat publik mengatakan acara debat ini diadakan dengan harapan dapat meningkatkan partisipasi pemilih yang ditargetkan 80 persen pada Pilkada 2024 ini. Juga untuk memfasilitasi masyarakat pemilih agar bisa mengenal dan mengetahui langsung kedua pasangan calon.
Tema yang diangkat dalam debat ini adalah Pelayanan Masyarakat dan Solusi Permasalahan Daerah.
Berbeda dengan pada debat pertama yang hanya menampilkan pertanyaan-pertanyaan dari tim panelis yang terdiri dari 5 akademisi. Debat kedua ini juga menampilkan pertanyaan langsung dari Warga.
Ada empat warga Kota Blitar yang diberikan kesempatan untuk bertanya.
Smart City vs Smart Goverment
Pada segmen kedua, pertanyaan pertama, tim panelis menanyakan tentang apa langkah yang akan dilakukan oleh masing-masing paslon sehingga anggaran bisa dipertanggungjawabkan?
Pasangan calon SAE (Syauqul Muhibbin-Elim Tyu Samba) menawarkan konsep Smart Government. Yaitu tata kelola pemerintahan yang efektif, efisien, cermat, dan tepat. Dalam hal ini, menurut SAE, partisipasi masyarakat menjadi hal yang penting dalam proses penggunaan anggaran. “Salah satu-nya melalui e-budgeting yang melibatkan masyarakat,” ujar SAE.
Sedang Baba (Bambang Rianto-Bayu Setyo) dalam menjawab pertanyaan dari panelis ini, menawarkan konsep Smart City. Yaitu tata kelola pemerintahan kota yang berbasis pada e-goverment untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemantauan penggunaan anggaran. Dalam kesempatan ini, Baba juga menjanjikan akan menyediakan wifi gratis di seluruh Kota Blitar jika berhasil terpilih menjadi wali kota dan wakil wali kota nanti.
Pada debat segmen 2, pertanyaan kedua, tentang bagaimana mengatasi masalah korupsi dalam pemerintahan Kota Blitar. Narasi tim panelis mengemukakan bahwa tingkat korupsi di Kota Blitar menurut data KPK tahun 2023 mencapai Rp 10 miliar per tahun terutama dalam pengadaan barang dan jasa, dan 35 persen anggaran proyek infrastruktur berakhir sia-sia karena perencanaan yang buruk dan kurang efisien.
Dalam menjawab pertanyaan ini, Baba mengemukakan akan lebih meningkatkan pelatihan anti-korupsi dan pembekalan ke OPD-OPD (Organisasi Pemrintahan Daerah) di Kota Blitar. Juga akan melakukan kerjasama dengan APH (Aparat Penegak Hukum) untuk mengurangi korupsi. Baba juga menekankan perlunya penambahan pejabat inspektorat untuk pengawasan anti-korupsi.
Sedang SAE lebih menyoroti pada gaya hidup birokrat yang harus mencerminkan dengan tingkat pendapatannya, dan menyoroti penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan anggaran.
Syauqul Muhibbin dari SAE pada sesi ini juga mengungkapkan dirinya telah berpengalaman 15 tahun sebagai pegawai ASN (Aparat Sipil Negara) sebelum maju dalam Pilkada Kota Blitar sekarang ini. Dari pengalamannya itu, Mas Ibin (panggilan Syauqul Muhibbin), juga menekankan perlunya birokrat turun ke lapangan agar bisa mengetahui benar solusi yang dibutuhkan, dan agar solusi tidak sia-sia.
Pada materi debat ini, kedua paslon juga menyatakan pujiannya terhadap rencana Pemerintah Kota Blitar saat ini, yang akan membuka Mal Pelayanan Publik (MPP) untuk meningkatkan kualitas layanan pada warga.
Kedua paslon ini, berjanji akan meneruskan program MPP itu jika terpilih nanti, dan akan membuatnya lebih baik lagi.
Ada enam segmen debat di dalam debat kedua ini. Masing-masing segmen dengan beragam pertanyaan dari tim panelis dan warga biasa.
Closing Statement
Bagian paling menarik dalam debat terbuka kedua ini, salah satunya pada segmen keenam atau segmen akhir debat, berupa closing statement (atau pernyataan penutup) dari kedua pasangan calon.
SAE yang mendapat kesempatan pertama, menggunakan kesempatan itu untuk memberi apresiasi atas berbagai terobosan dan inovasi dari wali kota-wali kota Blitar sebelumnya.
Seperti dari era wali kota Djarot Saiful Hidayat, yang terkenal dengan program participative development, human development index, block grant, rehabilitasi rumah tidak layak huni, melengkapi sarana-prasarana kesehatan. Juga apresiasi kepada mantan wali kota Samanhudi Anwar yang terkenal dengan program APBD pro-rakyat, sekolah gratis sampai SMA, beras janda (rastrada), insentif guru ngaji, kader posyandu, modin, marbot, dan nikah gratis.
Juga apresiasi diberikan kepada wali kota Santoso yang sekarang menjabat, yang terkenal dengan program RT Keren, manajemen data tata kelola pemerintahan yqng bersih sehingga sempat mendapat beberapa kali penghargaan dari KPK. SAE mengatakan berkomitmen untuk melanjutkan program-program itu dan membuatnya lebih baik lagi dengan program-program tambahan dari SAE.
Sedang paslon Baba dalam pernyataan penutupnya mengatakan tentang Blitar sebagai Kota Bumi Bung Karno. Bapak kita bersama.
Untuk itu Baba mengajak untuk kita senantiasa meniru semangat beliau, harapan-harapan beliau. Kita sebagai warga Blitar perlu melanjutkan cita-cita besar Bung Karno.
Baba juga menawarkan program Satu Rumah Satu Sarjana, Satu Kelurahan Satu Ambulan, dan lain-lain. Baba menyebut program-program yang diusung SAE juga baik. Untuk itu Baba juga berkomitmen akan melaksanakannya nanti jika terpilih. Baba mengungkapkan bahwa koalisi partai-partai pendukungnya saat ini menguasai 16 kursi di Dewan Kota Blitar.
Sehingga eksekusi program pembangunan dan gagasan akan lebih mudah dilakukan jika Baba yang menang, karena semua kebijakan pemerintahan harus melalui kesepakatan dengan Dewan. (hyu)