BlitarRaya.com – Sebuah penelitian yang berlangsung di Amerika Serikat (AS) menunjukkan tingkat kematian akibat penyakit jantung iskemik (ischemic heart disease/IHD) yang berkaitan dengan obesitas meningkat tiga kali lipat dalam dua dekade.
Khusus pada kaum pria, kenaikannya lebih dari tiga kali lipat.
IHD terjadi ketika pembuluh arteri yang menyempit menghambat aliran darah dan oksigen ke otot jantung. Kondisi ini dapat mengakibatkan serangan jantung.
Temuan-temuan dari penelitian itu dipresentasikan pada the American Heart Association’s Scientific Sessions di Chicago.
Penelitian itu juga menyebutkan bahwa warga kulit hitam dewasa, pria paruh baya, warga wilayah Midwest, dan warga area non-metropolitan memiliki tingkat kematian tertinggi.
“Obesitas adalah faktor serius penyakit jantung iskemik. Risikonya meningkat di level mengkhawatirkan seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas,” kata kepala tim peneliti Aleenah Mohsin dalam pernyataan pers sebagaimana dikutip situs medicalxpress.com, Rabu (27 November 2024). Aleenah adalah postdoctoral research fellow pada Brown University di Rhode Island.
Obesitas juga berkontribusi pada faktor-faktor risiko penyakit jantung lainnya, termasuk kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2 dan sulit tidur.
Baca juga:
- Jangan Sepelekan Daun Singkong, Lihat Kandungan Nutrisinya
- 13 Manfaat Daun Singkong untuk Kesehatan, Atasi Radang Sendi hingga Baik bagi Bumil
- Dinkes Catat 2.401 Warga Kabupaten Blitar Alami Gangguan Jiwa Berat
Peneliti menganalisis data usia dari 226.267 kematian yang disebabkan oleh serangan jantung iskemik yang dipicu oleh obesitas. Data tersebut dari the Centers for Disease Control and Prevention’s WONDER database dari tahun 1999 hingga 2020.
Secara umum, tingkat kematian akibat serangan jantung yang terkait dengan obesitas meningkat 180 persen. Tapi peneliti juga mencermati lebih spesifik aspek demografis seperti ras, usia, gender dan lingkungan tempat tinggal.
Pada semua pria, tingkat kematian melompat dari 2,1 kematian per 100.000 orang di tahun 1999 menjadi 7,2 kematian di 2020, naik 243 persen. Pada pria usia 55 hingga 64 tahun, tingkat kematian meningkat 165 persen, dari 5,5 kematian per 100.000 orang di 1999 menjadi 14,6 kematian di 2020.
Pada kaum wanita, angkanya 1,6 kematian per 100.000 orang di tahun 1999 menjadi 3,7 di 2020, naik 131 persen.
Dibandingkan dengan ras-ras lainnya, warga kulit hitam memiliki tingkat kematian tertinggi, yakni 3,93 kematian per 100.000 orang di tahun 2020.
Peneliti juga mendapati warga yang tinggal di wilayah non-metropolitan memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan, yakni 4 kematian per 100.000 versus 2,9 kematian per 100.000.
Tingginya kematian pada warga kulit hitam, kata Aleena, mungkin berkaitan dengan faktor sosial dan lingkungan.
Meski penelitian tidak ditujukan untuk menjawab kenapa terdapat perbedaan tingkat kematian di antara berbagai kelompok, kata dia, penelitian telah menjadi langkah awal dala mengidentifikasi dan merancang intervesi kesehatan publik yang lebih efektif.
Penelitian juga tidak mengukur kasus dimana penyakit jantung tidak sampai mengakibatkan kematian. Ini berarti dampak obesitas yang sebenarnya pada kesehatan dan penyakit jantung belum terjawab. (asp)