Rabu, 20 Agustus 2025 | 12:08 WIB
32.1 C
Blitar

Angka Buruh Migran Blitar Diprediksi Meningkat Dampak Minimnya Lapangan Kerja

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

SANANWETAN, BlitarRaya.com – Jumlah warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang mencari pekerjaan sebagai buruh migran di luar negeri diprediksi meningkat di tahun 2025 di tengah terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kecenderungan terjadinya peningkatan itu terlihat dari jumlah calon pekerja migran Indonesia (CPMI) asal Kabupaten Blitar yang telah mengurus keberangkatan ke luar negeri secara prosedural, yakni mencapai 2.162 terhitung sejak Januari hingga Juli 2025.

Jumlah tersebut hampir 60 persen dari total CPMI di sepanjang 2024 yang mencapai jumlah 3.727 orang.

Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Blitar, Yopie K Sanusi, mengatakan bahwa pihaknya menangkap indikasi peningkatan animo masyarakat untuk mencari pekerjaan di luar negeri.

“Sebenarnya kalau angka CPMI yang prosedural atau legal itu tidak terlalu signifikan peningkatannya,” ujar Yopie saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (14 Agustus 2025) sore.

“Tapi kami dapat melihat adanya peningkatan animo warga di desa-desa yang ingin bekerja di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,” tambahnya.

Baca juga:Tak Lolos PPPK, 1.700-an Tenaga Honorer Pemkab Blitar Akan Diusulkan Jadi PPPK Paruh Waktu

Meski demikian, kata Yopie, berapa jumlah pasti keseluruhan warga Kabupaten Blitar yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja tidak semuanya terpantau Disnakertrans karena besarnya jumlah mereka yang tidak mengikuti prosedur.

Menurutnya, pekerja migran yang berangkat tidak melalui prosedur itu tidak dapat dikategorikan sebagai pekerja migran ilegal karena mereka dapat memenuhi seluruh perizinan sebagai pekerja setelah tiba di negara tujuan.

“Mereka ini berangkat ke negara tujuan dengan izin kunjungan biasa. Baru kemudian mengurus semua legalitas untuk bekerja sebagai pekerja migran di sana,” ungkapnya.

Yopie menduga mereka yang bekerja di luar negeri namun tidak melalui prosedur pemerintah jumlahnya bisa lebih besar dari mereka yang mengikuti prosedur.

Dari 2.162 CPMI asal Kabupaten Blitar tahun 2025, hampir separuhnya memiliki tujuan bekerja di Hongkong, yakni 1.015 orang yang seluruhnya di sektor infomal.

“Untuk Hongkong, semuanya sektor informal terutama pekerjaan di rumah tangga. Dari sisi jenis kelamin, 99 persennya perempuan,” ujarnya.

Negara tujuan kedua adalah Taiwan dengan 946 CPMI, diikuti Singapura 60 CMPI, Malaysia 48 CPMI, dan Brune Darussalam 33 CPMI. Khusus untuk CPMI Taiwan, hampir separuhnya bekerja di sektor formal sebagai buruh pabrik.

Terdapat sisa 10 negara tujuan lainnya, lanjut Yolpie, namun dengan jumlah CPMI di masing-masing negara hanya di angka belasan bahkan di bawah 5.

Secara keseluruhan, dari 2.162 CPMI asal Kabupaten Blitar tersebut, sebanyak 75,2 persen di antaranya akan ditempatkan di sektor informal.

Lebih jauh, Yopie mengutarakan bahwa sebenarnya pihak Disnakertrans Kabupaten Blitar berusaha menekan laju pertumbuhan pekerja migran dengan sejumlah cara termasuk rutin menggelar job fair.

Namun, kata dia, selain jumlah lapangan kerja dalam negeri yang terbatas, banyak calon tenaga kerja yang menilai tawaran upah dari lowongan kerja yang ada terlalu rendah.

Di Jawa Timur, Kabupaten Blitar menjadi penyumbang buruh migran Indonesia terbesar ke-2 setelah Kabupaten Ponorogo. Sedangkan di tingkat nasional, Kabupaten Blitar menempati posisi ke-4. (asp)

Jangan Lewatkan

-- advertisement --spot_img
spot_img