Senin, 6 Oktober 2025 | 21:02 WIB
27.3 C
Blitar

Rumah Nutrisi Yomaju di Gogodeso Blitar Tebar Kebaikan Melalui Pupuk Bokashi

-- advertisement --spot_img
-- advertisement --spot_img

KANIGORO, BlitarRaya.com – Berawal dari kelangkaan pupuk subsidi 3 tahun lalu, sekelompok petani muda yang kebetulan aktif di organisasi kepemudaan Gerakan Pemuda (GP) Ansor ranting Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, bereksperimen membuat pupuk cair berbahan organik (POC).

Dua tahun kemudian, mereka memproduksi pupuk kompos Bokashi yang kini telah terjual tak kurang dari 1.000 sak hingga ke luar daerah. Menamakan diri “Rumah Nutrisi Yomaju”, produksi dan penjualan pupuk bokashi itu kini telah menjadi kegiatan komersial Divisi Ekonomi GP Ansor ranting Gogodeso.

Yomaju adalah akronim dari “ayo maju”.

“Kebetulan beberapa hari lalu kirim 200 sak ke petani Jombang. Mau digunakan di lahan tebu,” ujar Muhsin Daroini salah satu inisiator Rumah Nutrisi Yomaju itu saat ditemui di lokasi produksi, Sabtu (4 Oktober 2025). Lokasi produksi berada di pekarangan samping rumah Muhsin di Dusun Ngade, Desa Gogodeso.

Bokashi Yomaju berbahan baku utama kotoran hewan (kohe) ayam (60%), kohe kambing atau srintil (35%) dan kapur (5%) serta tambahan unsur-unsur mikro: nitrobakteri; asam amino; PGPR; dan lainnya. Awalnya tidak banyak dilirik petani. Namun seiring berjalannya waktu, peminat pun bertambah banyak setelah adanya testimoni dari mereka yang telah beberapa kali menggunakan bokashi buatan Yomaju.

Lambatnya pertumbuhan penjualan dapat dimaklumi karena penerapan pupuk organik seperti bokashi Yomaju memang tidak lebih hemat dari sisi biaya jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk sintetis atau yang biasa disebut sebagai pupuk kimia. Ini berlaku jika pembandingnya pupuk sitentis bersubsidi.

“Kalau dibandingkan dengan pupuk sintetis non subsidi, penggunaan bokashi masih lebih hemat karena pupuk non subsidi memang cukup mahal,” ungkap Muhsin.

Baca juga:

Muhsin mencontohkan lahan sawah miliknya seluas 50 ru (sekitar 703 meter persegi). Dengan tanaman padi varietas impari 32, ia menghabiskan 10 sak bokashi Yomaju, di fase vegetatif (pertumbuhan) dan generatif (pembuahan). Dengan harga bokashi Rp 20.000 per sak, ia mengeluarkan dana total sekitar Rp 200.000 untuk pupuk. Ditambah, penggunaan sedikit pupuk sintetis urea sebanyak 2 kilogram.

Satu sak berisi 40 liter bokashi.

“Hasil panennya sekitar 5,4 kuintal gabah. Saya kira produktivitasnya lumayan bagus lah,” kata pria 54 tahun, alumnus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang kini bernama UIN Sunan Kalijaga itu.

Masih kurangnya ketertarikan petani, juga disebabkan oleh dampak pemupukan bokashi pada tanaman lebih pelan dibandingkan penggunaan pupuk sintetis. Tanaman dengan pupuk sintetis sudah menampakkan dampak kurang dari 1 pekan setelah pemupukan. Dengan pupuk organik seperti bokashi Yomaju baru terlihat dampaknya setelah 1 pekan.

“Karena memang pelepasan unsur nutrisi bokashi lebih lambat, slow release,” ungkap Muhsin.

pupuk organik
Muhsin Daroini menunjukkan drum-drum berisi pupuk organik cair buatan Rumah Nutrisi Yomaju, Sabtu (4 Oktober 2025) | Foto: BlitarRaya.com

Namun kebaikan tetap mengejawantah meski perlahan.

Kini minat pada bokashi terus tumbuh karena testimoni atau kesaksian mereka yang telah konsisten menggunakan bokashi Yomaju. Kata Muhsin, sejumlah petani melihat tanah sawah mereka menjadi lebih gembur dan mudah diolah setelah beberapa kali menggunakan bokashi Yomaju.

Bahkan, tidak hanya membuat tanah menjadi gembur, bokashi Yomaju juga bisa mengembalikan kesuburan tanah dengan adanya mikrobakteri di dalamnya.

“Bakteri dalam bokashi ini makanannya adalah residu dalam tanah yang mengendap akibat pemupukan sintetis terus menerus dalam waktu yang lama,” ujarnya.

Fungsi bokashi sebagai pembenah tanah, dan mungkin juga mengembalikan kekayaan alami unsur hara tanah, menjadi pijakan penting bagi pegiat Rumah Nutrisi Yomaju. Meskipun, mereka juga harus mengedukasi petani sisi positif penggunaan pupuk organik seperti bokashi Yomaju.

“Ketika tanah sudah pulih, kebutuhan pupuk akan semakin menurun karena kesuburan tanah membaik,” ujar Muhsin.

“Sebaliknya, penggunaan pupuk sintetis terus menerus membuat kebutuhan pupuk terus meningkat jika ingin menjaga produktivitas. Belum lagi tanah menjadi bantat, pejal,” imbuhnya.

Kegiatan produksi pupuk kompos bokashi oleh Rumah Nutrisi Yomaju yang diketuai oleh Ketua Divisi Ekonomi Ansor ranting Gogodeso, Nuryanto, dengan demikian, tidak hanya berdimensi komersial. Meluasnya cakupan penggunaan pupuk organik seperti bokashi Yomaju seharusnya akan mampu berkontribusi pada penguatan posisi ekonomi petani secara umum.

Ini terjadi ketika ketergantungan pada pupuk sintetis oleh kekuatan-kekuatan ekonomi besar berkurang signifikan. Di sisi lain, berkurangnya ketergantungan pada pupuk bersubsidi niscaya akan menaikkan posisi tawar politik (political bargain) kaum petani terhadap penguasa.

“Seperti slogan kami ‘Satu Barisan Menebar Manfaat’,” kata Muhsin tentang misi sosial yang diemban Rumah Nutrisi Yomaju.

Sejalan dengan misi itu, Rumah Nutrisi Yomaju menjual pupuk cair (POC) dengan harga murah, Rp 15.000 per botol isi 1,5 liter. Kata Muhsin, pihaknya tidak memungut keuntungan dengan harga itu. Keuntungan hanya didapat dari penjualan bokashi.

“Ada alasan tertentu kenapa kami tidak mengambil profit dari POC,” tuturnya.

Beberapa POC yang diproduksi Rumah Nutrisi Yomaju adalah nitrobakteri, PGPR, asam amino hewani, asam amino nabati, zat pengatur pertumbuhan (ZPT), pestisida nabati, dan fungisida nabati.  Kecuali pestisida dan fungisida nabati, unsur-unsur POC itu pun ada pada bokashi Yomaju.

“Untuk bokashi, pemesan bisa konsultasi dulu mau digunakan pada tanaman apa dan fase apa. Ini berkaitan dengan komposisi pemberian unsur-unsur yang ada pada pupuk cair tadi ke bokashi,” ujar Muhsin.

Menilik kembali kembali kelahiran “gerakan” di bidang pertanian itu, Muhsin menyebut dukungan sejumlah pihak.

Beruntung bagi para pegiat Rumah Nutrisi Yomaju, kata dia, kegelisahan tiga tahun lalu itu disambut positif dengan dukungan dari komunitas pertanian organik “Alam Lestari” dan “Ngaji Tani”. Berkat mereka, proses menemukan formula pupuk organik, baik POC maupun bokashi, berjalan efektif dan terarah.

Rumah Nutrisi Yomaju, kata Muhsin, juga tidak dapat dilepaskan dari dukungan pengusaha muda Desa Gogodeso bernama Masduki. Dukungan finansial Masduki, antara lain, membuat pelatihan-pelatihan bagi para pegiat terfasilitasi dengan efektif.

Muhsin berharap Rumah Nutrisi Yomaju dapat terus beroperasi dan kelak dapat ikut memberikan solusi pada persoalan pertanian yang cukup kompleks dan tak kunjung terurai. (asp)

Jangan Lewatkan

-- advertisement --spot_img
- Advertisement -spot_img