KEPANJENKIDUL, BlitarRaya.com – Berkat layanan salon sapi, pedagang hewan ternak di Blitar bisa menaikkan harga jual hingga Rp 1 juta lebih mahal dibandingkan sebelumnya. Padahal, biaya salon tidak sampai Rp 100 ribu.
“Setelah dirawat di salon, biasanya sapi saya bisa laku lebih mahal, dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta lebih tinggi,” ungkap Sumani, pedagang sapi, saat ditemui di Pasar Dimoro, Kota Blitar, Senin (10 Juni 2024).
Warga Desa Purworejo, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, tersebut datang ke Pasar Dimoro untuk “menyalonkan” sapinya kepada Dwi Susanto yang sedang membuka layanan di pasar tersebut.
Sumani mengaku rutin “menyalonkan” sapi-sapinya agar tampil lebih “cantik” dan sehat, terutama ketika hendak dijual.
“Tapi tidak semua sapi saya ‘salonkan’. Hanya yang kelihatan kurang menarik yang saya bawa ke sini. Misalnya yang kukunya jelek atau yang sudah tua dan tanduknya panjang,” ujarnya.
Susanto memang spesialis merapikan kuku dan tanduk sapi. “Hanya dua itu layanan salon sapi dari saya,” ujarnya.
Di tangan Susanto, kuku dan tanduk sapi yang panjang dipotong secukupnya. Khusus tanduk sapi, ia juga meruncingkannya kembali setelah dipotong, agar terlihat lebih rapi.
Pekerjaan tersebut dilakukan bapak tiga anak ini dengan gergaji, sabit, gerinda, palu, dan tatah.
Susanto mematok biaya beragam untuk layanan salon sapi yang ia berikan, tergantung besar kecilnya sapi. “Jika kecil tarifnya Rp 30 ribu, kalau besar Rp 50 ribu. Untuk perawatan kuku dan tanduk sekaligus, tarifnya Rp 70 ribu,” ungkapnya.
Buka di Beberapa Pasar Lain
Susanto adalah warga Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Ia mengatakan telah menekuni salon sapi sejak tahun 1997 atau 27 tahun lalu, meneruskan bisnis yang sama dari orang tuanya. “Itu keterampilan dan bisnis warisan,” ucapnya.
Selain di Pasar Dimoro Blitar, Susanto juga “buka praktik” di beberapa pasar lain. Misalnya di pasar Kediri, Tulungagung, dan Ngunut.
“Saya di Blitar pas pasaran Pon dan Legi. Kalau Kliwon saya buka salon sapi di Ngadiluwih, Kediri. Kalau Pahing di Pasar Pahing Tulungagung, sedangkan Wage di Pasar Ngunut,” urainya.
Dari pasar-pasar tersebut, Susanto rata-rata melayani sekitar 15 ekor sapi. Ia memprediksi akan ada lebih banyak sapi, terutama sapi jalan, “disalonkan” menjelang Idul Adha atau hari raya kurban tahun ini.
Susanto mengingatkan bahwa sapi jantan yang hendak dijadikan kurban harus tampil bagus. “Kalau kuku atau tanduknya jelek, pembeli akan ragu-ragu,” tandasnya. (mr)