BLITARRAYA.COM — Ternyata isu ketidaksopanan calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres yang berlangsung hari Minggu lalu (21 Januari 2024) juga mendapat sorotan media asing.
Gestur Gibran mencari-cari jawaban itu dinilai sejumlah media asing sebagai gestur yang “rude”, kasar alias tidak sopan, sikap yang tidak pada tempatnya karena dilakukan di forum debat untuk calon pemimpin, orang nomor dua di negeri ini. Apalagi gestur itu terlihat sebagai ledekan pada jawaban Mahfud MD, figur yang jauh lebih tua, juga orang yang telah menduduki banyak jabatan penting dan terhormat di pemerintahan dan sejumlah lembaga publik, termasuk posisinya sebagai Menko Polhukam saat ini.
Anak Presiden Jokowi yang disebut sejumlah pihak sebagai anak haram konstitusi itu – karena bisa menjadi cawapres berkat putusan MK yang dipimpin pamannya, Anwar Usman – juga dinilai mengajukan pertanyaan-pertanyaan menjebak pada debat tersebut, baik kepada Mahfud, cawapres nomor urut 3, ataupun Muhaimin Iskandar cawapres nomor urut 1. Setelah melemparkan pertanyaan jebakan, Gibran membuat pernyataan yang merendahkan//yang bernada ledekan, ditambah gestur kasar, meledek.
Media asal Singapura, Channel News Asia (CNA) membuat judul artikelnya “Dent in public hype over indonesia vp candidate gibran after ‘rude’ gesture against opponent in live debate” Artinya kira-kira “pelemahan sentimen publik pada gibran setelah gestur kasar pada lawan pada debat yang disiarkan secara langsung”.
Gestur kasar yang dimaksud artikel CNA itu adalah gestur Gibran yang membungkuk, dengan tangan di dahi, pandangan bergeser ke kanan ke kiri, seolah sedang mencari sesuatu, kemudian dia bilang, “Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari di mana ini jawabannya kok gak ketemu jawabannya. Saya tanya inflasi hijau kok jawabannya malah ekonomi hijau.”
Artikel CNA itu menyebut aksi gibran sebagai disrespectful, merendahkan orang yang jauh lebih tua dan berpengalaman seperti Mahfud, aksi Gibran juga dikatakan sebagai cringe atau memalukan.
Selain CNA, Nikkei Asia dalam artikel berjudul “Indonesia election race heats up over Jokowi’s nickel strategy” memang memilih angle bagaimana Gibran membela strategi nikel bapaknya dalam debat. Tapi di dalamnya, artikel itu lebih banyak menyinggung pertanyaan jebakan Gibran kepada cawapres Mahfud dan Muhaimin Iskandar. Pertanyaan jebakan, pertanyaan dengan istilah teknis yang tidak populer, dan itu dilakukan sebagai strategi tidak terpuji untuk membuat lawan debat terlihat bodoh. Ini akibat dia berjuang mati-matian untuk berusaha tampil paling pintar. Artikel ini juga menyebut Gibran sebagai “nepo baby” atau bayi nepotis.
Nikkei Asia menyitir bagaimana platform medsos X yang dulu bernama Twitter, sempat dipenuhi kata “insolent” atau ledekan dan “cringe” atau sikap mempermalukan orang lain.
Kemudian media South China Morning Post menurunkan artikel berjudul “Indonesia election 2024: Gibran resorts to ‘gotcha questions’, jargon in vp debate in bid to trip up rivals”. Inti dari judul itu kira-kira, Gibran menggunakan pertanyaan-pertanyaan jebakan sebagai upaya untuk membuat lawan melakukan kesalahan.
Ya, ternyata tidak hanya publik dalam negeri yang melihat cara Gibran sebagai cara yang tidak terpuji. Media asing dengan audiens masyarakat luar negeri, yang selama ini kita anggap memiliki standar etika dan kesopanan yang lebih longgar dari bangsa kita, ternyata juga menilai gibran menggunakan cara yang licik, penuh jebakan, dan tidak sopan dengan gesturnya, tidak sopan dengan pernyataannya. (asp)