DOKO, BlitarRaya.com – WV (12 tahun), siswa baru SMP Negeri 3 Doko, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar di Desa Sumberurip, menjadi korban pengeroyokan oleh puluhan siswa seniornya di lingkungan sekolah ketika berlangsung masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) bagi siswa baru.
Insiden perundungan yang terjadi pada Jumat (18 Juli 2025) dan rekaman videonya viral di media sosial itu mengakibatkan WV mengalami trauma psikis dan luka pada sejumlah bagian tubuhnya.
Kepala Satreskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo, mengatakan bahwa korban WV merupakan siswa baru di sekolah tersebut yang menjadi korban perundungan oleh sekitar 20 siswa senior dari sekolah yang sama.
“Korban berinisial WV, siswa kelas 7 berusia 12 tahun, menjadi korban bullying dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh sekelompok siswa kelas 8 hingga 9. Pelaku sekitar 20 anak,” ujar Momon kepada awak media, Senin (21 Juli 2025).
Momon membenarkan bahwa terdapat juga sejumlah pelaku yang merupakan siswa baru sesama kelas 7.
Baca juga:
- Viral! Siswa SMP di Blitar Jadi Korban Bullying Massal Saat Kerja Bakti
- Siswa MTs di Ponggok Tewas Diduga Akibat Lemparan Papan Kayu Berpaku
- Kasus Tewasnya Santri Ponpes di Sutojayan Dilimpahkan ke Kejaksaan, Keluarga Korban Minta Para Tersangka Ditahan
Menurut Momon, akibat pengeroyokan itu WV, warga Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, mengalami luka fisik dan trauma psikis sepulang sekolah.
Momon, mengatakan pihaknya telah turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan.
Kronologi kejadian
Kata Momon, berdasarkan keterangan korban, insiden bermula saat kegiatan MPLS berlangsung, Jumat sore, dimana korban dipanggil oleh kakak kelas dan diajak menuju ke belakang kamar mandi sekolah.
Di lokasi tersebut, korban mendapati sekitar 20 siswa lain telah berkumpul dan mulai melontarkan olok-olok secara verbal.
“Lalu, seorang siswa kelas 8 berinisial NTN memulai aksi kekerasan dengan memukul pipi kiri korban dan menendang bagian perutnya,” ungkapnya.
Aksi pemukulan yang dilakukan NTN itu memancing siswa lainnya untuk ikut melakukan pengeroyokan secara bersama-sama.
Usai kejadian, lanjutnya, korban sempat kembali ke kelas namun tetap dalam kondisi trauma.
“Lalu korban kembali diancam oleh sejumlah pelaku utama agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada guru maupun orangtuanya,” ujar Momon.
Karena ketakutan, korban sempat merahasiakan kejadian itu namun akhirnya menceritakan semuanya sepulang sekolah.
Momon mengatakan bahwa pihaknya kini telah melakukan sejumlah langkah termasuk meminta keterangan dua guru sekolah, yakni Wasilah Turrohmah (guru BK) dan Ahmad Safrudin.
“Kami juga telah melakukan olah TKP serta pemeriksaan medis (VER) terhadap korban dengan hasil luka di siku kanan, nyeri di kepala belakang, dan nyeri di dada,” tuturnya.
Momon memastikan pihaknya terus memproses hukum insiden tersebut meskipun baik pelaku mau pun korban sama-sama masih anak di bawah umur. (Asip Hasani/asp)